Otoritas kesehatan di Jalur Gaza mengatakan bahwa sekitar 60.000 anak menghadapi malanutrisi yang mengancam nyawa akibat penutupan perlintasan perbatasan oleh Israel yang terus berlanjut, yang menghalangi masuknya makanan, bantuan kemanusiaan, dan pasokan medis.
Dalam satu pernyataan pers yang dikutip dari kantor berita Xinhua, Kamis (10/4/2025), otoritas kesehatan Gaza menyampaikan bahwa blokade yang terus berlanjut telah sangat membatasi akses terhadap nutrisi dan perawatan kesehatan yang penting, sehingga semakin mengancam kesejahteraan anak-anak di daerah kantong tersebut.
Otoritas kesehatan Gaza juga memperingatkan bahwa ketiadaan sumber-sumber makanan dan air bersih yang memadai, serta larangan vaksinasi yang masih berlangsung, terutama terhadap virus polio, dapat memperburuk kondisi kesehatan masyarakat yang sudah buruk di wilayah pesisir tersebut.
Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), semua perlintasan menuju Jalur Gaza masih ditutup untuk pengiriman kemanusiaan dan komersial sejak 2 Maret 2025.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendeskripsikan penutupan perbatasan saat ini sebagai blokade berkelanjutan terpanjang sejak eskalasi konflik antara Israel dan Hamas pada Oktober 2023.
Sementara itu, Israel menyatakan penutupan tersebut dimaksudkan untuk menekan Hamas agar membebaskan lebih banyak lagi warga Israel yang disandera. Sementara, Hamas menuduh Israel melanggar gencatan senjata, yang diupayakan untuk meringankan penderitaan masyarakat di Gaza.
Lebih buruk lagi, Israel kemudian melanjutkan serangan udara dan daratnya yang mematikan di daerah kantong Palestina itu pada 18 Maret, yang sejauh ini telah menewaskan 1.391 orang dan melukai 3.434 lainnya di Gaza.
Jumlah korban tewas secara keseluruhan di Gaza telah mencapai 50.752 orang, dengan 115.475 lainnya luka-luka sejak awal operasi militer Israel di daerah kantong tersebut pada 7 Oktober 2023, lapor otoritas kesehatan Gaza.