News

Mantan Waka BIN Nilai Hubungan NU-PKB Harus Saling Menguntungkan

Mantan Wakil Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), As’ad Said Ali menyatakan hubungan antara Nadhlatul Ulama (NU) dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bersifat simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan.

“Bagaimana hubungan NU dengan PKB? Itu sudah jelas kok yang deklarasikan NU. Jadi simbiosis mutualisme, saling membantu, saling menguntungkan tidak ada dusta antara kita. Itu jelas,” tegas As’ad saat memberi paparan pada acara Sarasehan Nasional PKB di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (30/1/2023).

Menurutnya, dengan kondisi antara NU dan PKB ini membuat dirinya juga akan terus mendukung langkah PKB. “Saya tetap dukung PKB, saya tetap dukung NU. Jadi jangan bertubrukan di antara kita sendiri, kita perkuat,” sambungnya.

Dia menceritakan kondisi geopolitik saat ini bisa menjadi cerminan bagi NU dan PKB. Jika NU dan PKB memilki perbedaan perjuangan akan terjadi konflik seperti yang ada di dunia saat ini.

Said mencontohkan jika peradaban Barat, Timur dan Islam sedang mengalami peperangan karena adanya perbedaan sikap. Peradaban Timur yang dia maksud adalah kubu China Jepang, dan Slavia sedangkan peradaban Islam adalah Indonesia, Asia Tenggara, dan Timur Tengah.

Mantan wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini menambahkan peradaban Barat saat ini sedang berusaha mempengaruhi dua peradaban tersebut.

“Peradaban Barat ingin menguasai peradaban dunia dengan memaksakan peradaban dia. Harus mau aborsi, harus legalkan UU penista agama, kemudian juga yang lain-lain,” katanya.

Tak hanya itu, ia juga menyinggung bagaimana peradaban Barat dalam hal ini Amerika Serikat memaksa untuk masuk ke peradaban Islam. Salah satu upaya mereka dengan memasukkan budaya-budaya Barat ke wilayah Asia dan lainnya.

“Makanya setiap bulan akan terjadi penistaan agama yang dibiarkan. Itu akan terjadi,” tegas As’ad.

Dengan gambaran tersebut, As’ad Said tidak ingin NU dan PKB untuk berseberangan atau bahkan berkonflik. Sebab nantinya bisa menjadi konflik yang terjadi di luar negeri tersebut.

“Inilah geopolitik baru, sehingga halus sekali tapi harus kita sikapi yang bisa pertama adalah tadi dengan menjadikan Tashwirul Afkar, Nahdlatul Wathan dan Nahdlatut Tujuar sebagai perjuangan,” tutupnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button