Hangout

Marak Aksi Penculikan Anak, Psikolog Ingatkan Trauma Berat Mengintai Korban

Psikolog Anak dan Remaja Universitas Indonesia Vera Itabiliana Hadividjojo, mengatakan, Anak-anak korban dari penculikan rentan mengalami trauma, karena kejadian tersebut merupakan pengalaman yang dapat membahayakan keselamatan mereka.

“Kemungkinan anak mengalami trauma karena penculikan merupakan pengalaman yang membawa perubahan drastis dalam kehidupan anak dan dapat mengancam jiwa,” kata Vera dalam keterangannya, Rabu (1/2/2023).

Mungkin anda suka

Menurutnya, ketika anak-anak diculik, mereka akan takut dan cemas tidak dapat kembali ke orang tuanya, dan mereka akan bingung tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk melindungi diri mereka sendiri.

Untuk itu, kata Vera, ketika anak-anak yang pernah kena aksi penculikan saat kembali ke orang tuanya, harus ada penyelidikan menyeluruh untuk menentukan apakah mereka butuh pendampingan secara khusus atau tidak.

“Yang jelas, anak-anak membutuhkan bantuan untuk mengatasi rasa takutnya dan mengembalikan kepercayaannya pada dunia di sekitarnya sehingga mereka dapat kembali ke rutinitasnya sebagai anak-anak,” katanya.

Irma Gustiana, psikolog dan parenting coach Indonesia sependapat dengan Vera, anak korban penculikan mengalami trauma yang membuat mereka cemas dan minder, dapat mempengaruhi aktivitas kesehariannya di sekolah, rumah dan keluarga. di tempat lain.

“Kadang-kadang trauma itu langsung, kadang-kadang reaksinya tertunda. Jadi kalau bisa melihat langsung bisa terlihat dia menangis, wajahnya terlihat ketakutan, dia terlihat bingung dan cemas. Ini adalah bentuk trauma dari pengalaman penculikan sebelumnya,” katanya.

Ia kemudian menyarankan, ketika anak kembali bertemu orang tuanya setelah penculikan, hal pertama yang harus orang tua lakukan adalah memeriksa kondisi fisik anak untuk mengetahui apakah ada luka atau tanda-tanda mencurigakan lainnya. Kemudian melanjutkan dengan memperhatikan kebutuhan makan dan minum sang anak dan menghindari menanyakan kejadian penculikan bahkan menyalahkan sang anak.

“Hindari menanyakan apa yang terjadi atau menyalahkan anak. Itu bisa menjadi pemicu dan membuat anak merasa bersalah atau bahkan lebih takut,” tandasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button