Rencana cagub Jakarta nomor urut 3 Pramono Anung yang ingin ahli artificial intelligence (AI) untuk membenahi administrasi di Jakarta dianggap buang-buang anggaran, bukan hal yang urgent.
Direktur eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai, Jakarta sebagai kota yang pernah menjadi ibu kota tidak memiliki kendala berarti terkait administrasi pemerintahan. Ia menyebut, justru kendala terbesar Jakarta ada pada sumber daya manusia, bukan teknologinya.
“Jakarta sebenarnya lebih memerlukan jaminan kesetaraan bagi warganya, selama ini mereka yang mendapat akses dan kesejahteraan dari Jakarta merupakan warga dari kota atau provinsi lain,” kata Dedi saat dihubungi Inilah.com di Jakarta, Rabu (23/10/2024).
Dedi mengatakan Pramono semestinya lebih memikirkan sumber daya manusia di Jakarta. Terlebih, karena infrastruktur dan tata kelola kota Jakarta sudah lebih baik. “Program itu tentu realistis di rencanakan, tetapi tidak untuk dipraktikan dalam periode 5 tahun ke depan,” ujar Dedi.
Menurut Dedi, Jakarta di era gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok hingga Anies Baswedan telah memulai digitalisasi di sebagian birokrasinya. “Jika program itu dikuatkan dan diluaskan lagi jangkauannya itu lebih rasional,” ucapnya.
Sebelumnya, calon gubernur Jakarta nomor urut 3, Pramono Anung akan memanggil ahli Artificial intelligence (AI) dan robotik untuk perbaikan administrasi di Jakarta apabila ia terpilih menjadi pemimpin di Jakarta.
“Kalau jadi amanah saya, saya akan undang orang-orang yang memikirkan ini untuk memperbaiki administrasi di Jakarta,” kata dia di Mall Pluit Village, Jakarta, Selasa (22/10/2024).
Dengan begitu, kata Pramono, data mengenai admistrasi warga, termasuk data KJP, KJS, Kartu Lansia serta data lainnya dapat dikelola secara baik dan profesional.
“Maka bisa kita deteksi datanya dengan teknologi yang mereka miliki. Bahkan lebih banyak yang bisa dilakukan. Maka saya apresiasi, menurut saya ini luar biasa,” ucapnya.
Selain itu, dia juga menyinggung mengenai Kota Global yang salah satu aspeknya adalah penggunaan teknologi yang masif di Jakarta.
“Saya melihat, ini adalah masa depan untuk menjadikan Jakarta sebagai Kota Global,” ujar Pramono.