Market

Dominasi China Menguat, Setelah Kereta Whoosh Kini Ekspor KRL untuk KCI


Pekan lalu, PT Kereta Api Indonesia (Persero/KAI) menerima utang dari China Development Bank (CDB) Rp6,98 triliun untuk menambal pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung atau Kereta Whoosh. Kabarnya, pencairan utang ini ada syaratnya. 

Mungkin anda suka

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), pencairan pinjaman China Development Bank (CDB) kepada KAI dibagi dalam dua fasilitas.

Pertama adalah fasilitas A yang memiliki nilai US$230.995.000 atau sekitar Rp3,60 triliun. Sementara itu, fasilitas B tercatat mencapai US$217.080.000 atau setara dengan Rp3,38 triliun. Jika diakumulasikan, total pinjaman yang diterima KAI dari CDB mencapai sekitar Rp9,98 triliun.

“Pencairan tersebut langsung diteruskan kepada PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) pada 7 Februari 2024,” ujar Executive Vice President of Corporate Secretary KAI, Raden Agus Dwinanto, dikutip Sabtu (17/2/2024).

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo memang menyebutkan bahwa dana pinjaman dari China untuk membayarkan pembengkakan biaya atau cost overrun proyek Kereta Cepat WHOOSH akan segera cair.

Tiko memaparkan, pihak Indonesia dan China telah menandatangani kesepakatan pemberian pinjaman. Dia menuturkan pinjaman tersebut nantinya akan dikucurkan dari CDB kepada KAI dalam bentuk suntikan modal.

Meski demikian, Tiko tidak memperinci secara detail besaran pinjaman yang akan dikucurkan ke PT KAI tersebut. Sebagai informasi, PT KAI merupakan pemegang saham terbesar dalam konsorsium BUMN Indonesia yang membangun proyek Kereta Cepat.

Di sisi lain, Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi menjelaskan pembayaran cost overrun Kereta Cepat akan dibagi sesuai porsi kepemilikan saham yakni konsorsium Indonesia sebesar 60 persen dan konsorsium China 40 persen.

Di balik pencairan utang ini, muncul informasi tak sedap. Bahwa ada syarat yang harus dipenuhi pemerintah Indonesia agar utang dari Bank Pembangunan China itu cair. Yakni, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) harus impor KRL dari China senilai Rp783 miliar. Padahal, Jepang menawarkan KRL bekas dengan harga lebih  murah.

Proses impor KRL yang menjadi kontroversi ini, berakhir dengan mendatangkan 3 rangkaian kereta baru dari China. KAI Commuter membeli 3 rangkaian KRL baru dengan tipe KCI-SFC120-V dari perusahaan China, CRRC Sifang Co, Ltd. Kontrak pembeliannya diteken pada Rabu (31/1/2024).
 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button