Kanal

Candradimuka Anak Muda untuk Jadi Calon Pemimpin

“Kalau pemuda sudah berumur 21-22 tahun sama sekali tidak berjuang, tak bercita-cita, tak bergiat untuk tanah air dan bangsa, pemuda begini baiknya digunduli saja kepalanya,” kata Presiden pertama RI, Soekarno untuk membakar semangat anak muda Indonesia.

Mungkin kalimat mutiara itu akan terus diingat oleh seluruh rakyat Indonesia saat perayaan Sumpah Pemuda 28 Oktober. Sebab para pendahulu dan pendiri bangsa sebenarnya sudah sadar jika potensi anak muda sangat besar dalam membangun negara khususnya Indonesia.

Namun apakah semua pemuda di Indonesia sudah siap untuk menjadi pemimpin bangsa di era yang terus berkembang saat ini. Sebab semangat berjuangan pada pra dan pasca kemerdekaan tentu jauh berbeda, karena tantangan dan situasinya yang terus berubah.

Dalam konteks calon pemimpin dari kalangan muda sebenarnya sudah banyak bermunculan saat ini. Namun lingkupnya masih pada tingkat daerah yang menduduki posisi sebagai gubernur, bupati hingga wali kota.

Menurut data dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), setidaknya ada sekitar 42 orang kepala daerah yang umurnya di bawah 40 tahun. Mereka bisa dikategorikan sebagai anak muda.

Mereka di antaranya, Wakil Gubernur Jawa Timur (Jatim) Emil Dardak (39), Wali Kota Banjarbaru Aditya Mufti Arifin (39), Wali Kota Bukittinggi Erman Safar (37), Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi (36), dan tentunya Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka (36).

Para pemimpin muda di daerah tersebut memiliki latar belakang dan perjuangan yang berbeda untuk terpilih menjadi pemimpin. Beberapa di antara mereka harus meniti karier politiknya dari bawah dan ada juga yang instan berkat jaringan atau nama besar keluarganya. Misalnya Wali Kota Banjarbaru Aditya Mufti Ariffin (39).

post-cover
Presiden Joko Widodo saat membuka Munas HIPMI XVII di Solo (21/11/2022) – (Foto: Ist)

Meski terbilang masih muda, namun Aditya ternyata meniti karier politiknya mulai dari bawah. Menurut catatan dia pernah tergabung dalam beberapa organisasi seperti Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Asosiasi Duta Wisata Indonesia (Adwindo), Generasi Muda Pembangunan Indonesia (GMPI), dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIMPI).

Selain itu ada nama Wali Kota Bukittinggi Erman Safar yang pernah ditempat dalam beberapa organisasi sebelum akhirnya menjadi kepala daerah. Erman sempat menjadi Ketua BEM Unpad, HIMPI, dan beberapa organisasi lainnya.

post-cover
Wakil Gubernur Jawa Timur (Jatim) Emil Elestianto Dardak saat Inagurasi alumnus Amerika Serikat Chapter Jatim di Kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat, Jumat (2/6) – (Foto: Ist)

Namun ada juga kepala daerah yang tidak banyak memiliki pengalaman dalam organisasi tapi karier politiknya moncer. Misalnya Wakil Gubernur Jawa Timur (Jatim) Emil Elestianto Dardak. Meski berbekal nama besar sang ayah yakni Hermanto Dardak, mantan Menteri Pekerjaan Umum periode 2009-2014, namun Emil ternyata memiliki pengalaman kepemimpinan di perusahaan.

Pria bergelar Doktor jebolan Ritsumeikan Asia Pacific University, Jepang ini pernah menduduki jabatan strategis seperti World Bank Officer di Jakarta dan Chief Business Development and Communication-Executive Vice President di PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero).

Pengalaman itulah yang menjadi modal Emil untuk terjun ke dunia politik dengan maju sebagai Bupati Trenggalek pada 2016 silam dan menjadi Wakil Gubernur Jatim pada 2019 hingga sekarang.

Pengalaman dan kematangan anak muda sangat diperlukan untuk menjadi calon pemimpin baik di daerah maupun pusat. Sebab pengalaman dan kematangan itu modal kuat bagi kaum muda menghadapi dinamika politik dengan pragmatisme partai dalam sistem kepartaian multipartai.

“Jangan malah nanti yang hadir sosok anak muda ingin unjuk diri karena latar dinasti politik. Jadi semestinya yang dilihat tidak sekadar umur tapi rekam jejaknya,” ujar pengamat politik dari Citra Institute Efriza seperti dikutip beberapa waktu lalu.

post-cover
Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani saa memberikan sambutan pada Munas Banteng Muda Indonesia di Jakarta – (Foto: Ist)

Selain organisasi di luar, penggemblengan bagi kaum muda juga bisa dilakukan oleh partai politik (parpol). Biasanya parpol melakukan perekrutan terhadap anak-anak muda potensial menjadi kader dan mulai digembleng dengan berbagai pengalaman dalam organisasi parpol.

Hampir semua parpol memiliki organisasi massa (ormas) sayap pendukung bagi kader muda mereka. Seperti Golkar memiliki Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG), Banteng Muda Indonesia (BMI) di PDI Perjuangan, Tunas Indonesia Raya (Tidar) di Gerindra, dan beberapa ormas sayap pemuda lainnya.

Dalam ormas sayap parpol tersebut mereka akan belajar bagaimana berorganisasi dan menjadi calon pemimpin. Banyak tokoh-tokoh politik saat ini lahir dari ormas-ormas tersebut.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button