Market

Mendag Zulhas Ungkap Tiga Jurus Tangkis Perlambatan Ekonomi 2023

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengungkapkan tiga jurus pemerintah dalam menangkis perlambatan ekonomi global 2023 dari sisi ekspor. Jurus tersebut adalah penyederhanaan aturan, pencarian pasar baru, dan penyelesaian perjanjian dagang.

Pria yang akrab disapa Zulhas ini mengatakan, perekonomian dunia 2023 diperkirakan bakal melambat dibandingkan tahun 2022.

“Upaya menghadapi perlambatan ekonomi 2023, yaitu (pertama) melakukan penyederhanaan regulasi ekspor sehingga tidak terhambat oleh aturan. (Kedua) mencari pasar-pasar ekspor baru dan (ketiga) menyelesaikan perjanjian perdagangan,” kata Zulhas saat menyampaikan sambutan pada Rapat Kerja Kemendag di Bandar Lampung, Rabu (1/2/2023).

Sejauh ini, Kemendag telah membuka peluang ekspor melalui berbagai perjanjian perdagangan di berbagai kawasan dunia. Sebut saja Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), Indonesia–United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership AgreementIUAE–CEPA, ASEAN Services Facilitation Framework (ASFF) dan lainnya.

Adapun upaya menjadikan Indonesia sebagai negara adil, maju, dan makmur, sambung Mendag, yaitu dengan menciptakan ekosistem UMKM.

“Ekosistem itulah yang mempertemukan UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) dengan lembaga perbankan (pembiayaan ekspor), marketplace, dan ritel modern supaya tiap pihak yang terlibat mendapat manfaat yang besar,” ungkap dia.

Semua itu merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan dan ia yakin itu dapat diselesaikan dengan kerja sama. “Kerja sama. Kita bisa lakukan selama kita bersaudara. Kerja sama adalah kunci. Kita satu negara, sebangsa masih banyak yang harus kita lakukan,” ujarnya.

Zulhas menegaskan, kemajuan ekonomi, infrastruktur, dan sebagainya yang dirasakan Indonesia terwujud karena kerja keras kolektif, termasuk pemerintah pusat dan daerah.

Kerja bersama tersebut, lanjut dia, menghasilkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen selama dua tahun. “Selama dua tahun, pertumbuhan ekonomi Indonesia sempat melemah. Namun, setelah itu ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,3% dengan tingkat inflasi 5,5%, termasuk rendah di dunia,” papar Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini.

Zulhas menyebut perekonomian negara lain tidak tumbuh selama pandemi COVID-19 tetapi Indonesia mampu mendulang capaian positif.

Lebih jauh Mendag melaporkan, selama 2022, terjadi kontribusi ekspor barang dan jasa yang signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dengan skor 24,49 persen.

Nilai ekspor 291,98 miliar dolar AS, setara Rp4.449 triliun mengacu pada kurs Rp15.237 per dolar AS. Sementara nilai impor sebesar 237,45 miliar dolar AS, setara Rp3.618 triliun dengan surplus perdagangan sebesar 54,53 miliar dolar AS, nyaris setara Rp900 triliun.

“Ini menjadi nilai surplus tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka,” tutur Mendag seraya mengungkapkan tiga negara menjadi penyumbang surplus neraca perdagangan nonmigas terbesar pada 2022, yaitu Amerika Serikat, India, dan Filipina.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button