Semakin mendekati pergantian tahun, nilai tukar (kurs) rupiah semakin tak berharga di hadapan mata uang negeri Paman Sam, dolar AS (US$).
Saat penutupan perdagangan Jumat (27/12/2024), kurs rupiah ambles ke level Rp16.235/US$. Melemah 45 poin atau minus 0,28 persen ketimbang perdagangan sebelumnya.
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI) atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah ke posisi Rp16.251/US$.
Harus diakui, pelemahan mata uang Garuda di akhir ini, bukan sesuatu yang menggembirakan. Khususnya bagi tim ekonomi pilihan Presiden Prabowo Subianto harus kerja ekstra keras dan cerdas untuk memitigasi eksesnya.
Apalagi, pemerintahan Prabowo bakal berumur 100 hari yang jatuh pada akhir Januari 2025. Anjloknya rupiah bisa memberatkan roda perekonomian di masa depan. Termasuk menambah beban anggaran yang telah ditetapkan.
Sementara, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyebut, sejumlah faktor internal yang diduga menjadi biang kerok bagi semakin ambruknya rupiah.
Salah satunya adalah rencana penaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen pada 1 Januari 2025 yang mendapat penolakan dari berbagai elemen masyarakat. Karena bakal memperlemah daya beli yang saat ini sudah lemah.
Selain itu, kata dia, gonjang-ganjing politik di dalam negeri berpotensi memengaruhi kepercayaan investor asing.”Tentang gonjang-ganjing politik dan hukum di Indonesia, pasca Sekjen PDIP dijadikan tersangka. Ini pun sedikit membuat kegaduhan tersendiri. Bisa saja persepsi investor untuk meninggalkan Indonesia menguat,” ungkapnya.
Dia mengatakan, meski Bank Indonesia (BI) telah bekerja keras melakukan intervensi pasar guna menstabilkan nilai tukar, hasilnya belum terlihat. Dolar AS masih mahal di atas Rp16.000.
“Stabilitas politik di dalam negeri ini sangat dibutuhkan agar investor-investor asing kembali masuk ke pasar dalam negeri. Pemerintahan Prabowo ini baru seumur jagung, artinya stabilitas politik harus segera dicapai,” katanya.
Di kalangan mata uang Asia, kurs dolar AS bergerak bervariasi. Sebut saja, won Korea Selatan melemah 0,40 persen, ringgit Malaysia minus 0,19 persen, rupee India minus 0,51 persen, dan yuan China 0,02 persen.
Sementara, peso Filipina menguat 0,20 persen, baht Thailand plus 0,27 persen, dolar Singapura 0,05 persen, yen Jepang 0,11 persen, dan dolar Hong Kong plus 0,08 persen.
Sedangkan, poundsterling Inggris menguat 0,08 persen, dolar Australia plus 0,08 persen, dolar Kanada 0,02 persen, dan euro Eropa 0,01 persen. Hanya franc Swiss yang melemah 0,10 persen.