Kanal

Mengapa Amerika Serikat Membenci TikTok?

Gubernur Montana, Amerika Serikat, Greg Gianforte telah menandatangani undang-undang untuk melarang TikTok yang berbasis di China beroperasi di negara bagian itu. Tujuannya untuk melindungan orang Montana dari pengawasan China. Mengapa AS sangat membenci Tiktok?

TikTok termasuk di antara lima aplikasi teratas yang diunduh di seluruh dunia tahun lalu, bersama dengan Facebook, Instagram, Messenger, dan WhatsApp. Dan ketika karantina COVID-19 mulai berlaku di seluruh dunia, unduhan TikTok telah melampaui ambang batas dua miliar.

Menurut peneliti Insider Intelligence, pengguna TikTok dewasa Amerika Serikat menghabiskan rata-rata 56 menit sehari di aplikasi ini, jauh lebih banyak daripada di Facebook atau Instagram. Daya tariknya sebagai aplikasi video pendek terletak pada fakta bahwa aplikasi ini memungkinkan pengguna menambahkan musik dan efek lain ke video agar lebih kreatif.

Di tengah perkembangannya yang luar biasa, muncul kekhawatiran terhadap keamanan dan kebijakan konten dari Tiktok. Dengan alasan keamanan nasional, India pada 2020 melarang penggunaan TikTok dan puluhan aplikasi lain yang dikembangkan oleh perusahaan China. Langkah itu dilakukan beberapa hari setelah sengketa perbatasan antara India dan China yang menewaskan 20 tentara India.

AS juga telah melarang pengunduhan atau penggunaan TikTok di perangkat pemerintah federal, begitu juga Inggris, Kanada, Belgia, dan Taiwan. Lebih dari dua lusin negara bagian AS mengeluarkan larangan serupa, beberapa di antaranya berlaku untuk jaringan WiFi kampus universitas negeri. Pemerintahan Biden bahkan mendesak ByteDance untuk melepaskan sahamnya di TikTok atau menghadapi larangan AS.

Alasan AS membenci TikTok

Montana menjadi negara bagian AS pertama yang melarang aplikasi video pendek yang popular TikTok di wilayahnya. AS adalah negara yang rajin melancarkan tuduhan terhadap Tiktok dan induk perusahaannya, ByteDance. Mengutip Reuters, ada beberapa alasan yang terungkap mengapa AS begitu benci dengan TikTok.

Alasan pertama adalah tudingan bahwa manajemen TikTok terikat pada pemerintah China. Direktur FBI Chris Wray mengatakan pada bulan November bahwa TikTok menimbulkan risiko keamanan nasional. Sebagai perusahaan China, pada dasarnya diharuskan “melakukan apa pun yang diinginkan pemerintahnya dalam hal berbagi informasi atau berfungsi sebagai alat pemerintah China”.

Anggota Kongres pada bulan Maret mengeluhkan pemerintah China memiliki ‘bagian emas’ di ByteDance, memberinya kekuasaan atas TikTok. TikTok mengatakan “sebuah entitas yang berafiliasi dengan pemerintah China memiliki 1 persen dari anak perusahaan ByteDance, Layanan Informasi Douyin”, dan mengatakan holding tersebut tidak ada hubungannya dengan operasi global ByteDance di luar China, termasuk TikTok.

Alasan berikutnya adalah TikTok dapat digunakan untuk memengaruhi orang Amerika. Masih menurut Wray, ia mengatakan operasi TikTok di AS meningkatkan kekhawatiran keamanan nasional karena pemerintah China dapat memanfaatkan aplikasi berbagi video itu untuk memengaruhi pengguna atau mengontrol perangkat mereka.

Risikonya termasuk “kemungkinan yang dapat digunakan pemerintah China untuk mengontrol pengumpulan data pada jutaan pengguna atau mengontrol algoritme rekomendasi, yang dapat digunakan untuk mempengaruhi operasi,” kata Wray kepada anggota parlemen AS.

Direktur Badan Keamanan Nasional Paul Nakasone mengatakan pada Maret lalu bahwa dia khawatir tentang data yang dikumpulkan TikTok, algoritme yang digunakan untuk menyebarkan informasi ke pengguna, dan ‘kontrol siapa yang memiliki algoritme’. Dia menegaskan platform TikTok dapat mengaktifkan operasi pengaruh luas karena dapat memengaruhi pengguna secara proaktif dan juga dapat “mematikan pesan”.

TikTok dalam sebuah pernyataannya mengatakan “tidak mengizinkan pemerintah mana pun untuk memengaruhi atau mengubah model rekomendasinya”. TikTok tidak akan menyerahkan data orang Amerika kepada pejabat pemerintah China, katanya.

Anggota parlemen menuduh pemerintah China, di bawah Undang-Undang Intelijen Nasional 2017, dapat memaksa ByteDance untuk membagikan data pengguna TikTok. TikTok berpendapat, karena berbadan hukum di California dan Delaware, maka tunduk pada undang-undang dan peraturan AS. Kepala eksekutif TikTok mengatakan perusahaan tidak pernah, dan tidak akan pernah, membagikan data pengguna AS dengan pemerintah China.

Alasan ketiga adalah penggunaan TikTok membahayakan kesehatan mental anak-anak. Pada Maret 2022, delapan negara bagian, termasuk California dan Massachusetts, meluncurkan penyelidikan apakah TikTok menyebabkan gangguan kesehatan fisik atau mental pada kaum muda dan apa yang diketahui perusahaan tentang perannya dalam bahaya tersebut.

Investigasi berfokus pada bagaimana TikTok meningkatkan keterlibatan pengguna muda, termasuk diduga meningkatkan durasi waktu yang dihabiskan di platform dan seberapa sering digunakan.

Sementara pihak TikTok mengatakan telah mengambil banyak langkah ‘untuk membantu memastikan bahwa remaja di bawah 18 tahun memiliki pengalaman yang aman dan menyenangkan di aplikasi, dan banyak dari tindakan ini memberlakukan batasan yang tidak ada pada platform serupa’.

Alasan keempat adalah TikTok memata-matai jurnalis. Pada bulan Desember, ByteDance mengatakan beberapa karyawan mengakses data pengguna TikTok dari dua jurnalis secara tidak benar. Karyawan ByteDance mengakses data tersebut sebagai bagian dari upaya yang gagal untuk menyelidiki kebocoran informasi perusahaan awal tahun ini dan bertujuan untuk mengidentifikasi potensi hubungan antara dua jurnalis, mantan reporter BuzzFeed dan reporter Financial Times, dan karyawan perusahaan.

Kabarnya empat karyawan ByteDance yang terlibat dalam insiden tersebut dipecat, termasuk dua di China dan dua di AS. Pejabat perusahaan mengatakan mereka mengambil langkah tambahan untuk melindungi data pengguna. Tapi Tindakan manajemen TikTok itu sepertinya tidak akan cukup meyakinkan bagi AS.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button