Arena

Mengapa Bola Bulu Tangkis Disebut Shuttlecock?

Badminton atau bulu tangkis merupakan salah satu olahraga yang memiliki banyak peminat. Di Indonesia, bulu tangkis adalah olahraga andalan yang hampir setiap tahunnya menuai prestasi, baik di Kejuaraan Dunia BWF, SEA Games, bahkan Olimpiade.

Seperti namanya, bola bulu tangkis terbuat dari bulu. Bola ini biasa disebut shuttlecock atau kok. Namun, mengapa demikian? Inilah sejarahnya.

Sejarah Penamaan Shuttlecock

Shuttlecock merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris dan terdiri dari dua kata, yaitu shuttle dan cock. Shuttle yang berarti bolak-balik. Sementara cock yang berarti ayam jantan. 

Dulu, shuttlecock menggunakan bulu dari ayam. Namun sekarang, bulu yang digunakan berasal dari angsa.

Penamaan shuttlecock berdasarkan pada fakta bahwa dalam permainan bulu tangkis, bola dipukul dan terus-menerus bergerak bolak-balik, hingga salah satu pemain tidak dapat mengembalikannya ke sisi lapangan lawan. Gerakan bolak-balik inilah yang membuat bola bulu tangkis disebut shuttlecock atau kok.

Sebenarnya, material yang dipakai untuk membuat kok bulu tangkis adalah sama dan tidak memandang tingkat kompetisi. Secara umum, shuttlecock atau bola dalam bulu tangkis menggunakan bulu angsa atau ayam.

Perbedaan kedua bulu tersebut terletak pada fungsinya. Umumnya, shuttlecock yang terbuat dari bulu angsa digunakan untuk kelas profesional. Sementara shuttlecock yang terbuat dari bulu ayam digunakan untuk non profesional.

Standar Internasional Shuttlecock

sejarah shuttlecock
Foto: Getty Images

Mengacu pada Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), pangkal shuttlecock harus berbentuk setengah bola dengan diameter 25 sampai 28 mm. Sedangkan ujung bulu shuttlecock harus membentuk lingkaran dengan diameter 58 hingga 68 mm.

Pada dasarnya, berat shuttlecock dengan standar internasional maupun nasional adalah sama. Berat shuttlecock sendiri harus di antara 4,57 hingga 5,50 gram.

Biasanya jumlah bulu pada setiap shuttlecock berjumlah 16 helai yang melingkar dan tertancap pada bagian dasar berupa gabus. Tapi terkadang jumlah bulu bisa lebih dari 16 helai. 

Panjang bulu pada shuttlecock pun bervariasi, yaitu antara 62 hingga 70 mm. Penggunaan bulu angsa dan bulu ayam tidak boleh dicampur dalam satu kok yang sama.

Selain itu, karakteristik shuttlecock yang terbuat dari bahan alami lebih baik karena dapat mengarah sesuai pukulan lebih akurat dibandingkan shuttlecock berbahan sintesis. Bahkan, ketika dipukul, laju shuttlecock atau kok berbahan alami dapat melaju secara mendatar usai dipukul dan bisa mencapai kecepatan yang lebih tinggi.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button