Memilik anak merupakan impian bagi semua pasangan suami-istri. Namun kehadiran momongan justru bisa menimbulkan kesedihan dan gangguan mood bagi sang ibu usai melahirkan.
Kondisi seperti ini sering disebut sebagai baby blues syndrome. Bagi pasangan muda atau yang baru menikah, perlu mengetahui apa itu syndrome baby blues dan bagaimana cara mengatasinya.
Syndrome baby blues atau baby blues syndrome adalah kondisi mental berupa munculnya perasaan cemas dan sedih berlebihan pada wanita pasca melahirkan. Kondisi ini biasanya hanya berlangsung selama 14 hari pertama.
Namun, baby blues syndrome ini tidak boleh disepelekan karena bisa berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan bayi itu sendiri.
Baby Blues Sering Terjadi pada Perempuan
Mengutip dari website mitrakeluarga.com, baby blues syndrome adalah perasaan sedih yang dialami banyak perempuan setelah melahirkan. Kondisi ini cenderung muncul pada hari ke-2 atau ke-3 pascapersalinan.
Umumnya, baby blues akan berlangsung selama beberapa hari dan paling lama hingga dua minggu. Kasus baby blues ini sering dialami oleh 4 dari 5 orang tua baru atau sekitar 80 persen.
Baby blues dapat hilang dengan sendirinya, tanpa perawatan khusus, intervensi atau pengobatan. Namun, jika gejala ini tidak hilang setelah beberapa minggu atau malah memburuk, makan sang ibu dimungkinkan menderita depresi pascamelahirkan (postpartum depression).
Pasalnya, sekitar 10 persen wanita mengalami postpartum depression. Tidak seperti baby blues, depresi pasca-melahirkan adalah masalah yang lebih serius dan tidak boleh diabaikan.
Beda Baby Blues dan Depresi Terjadi Usai Melahirkan
Psikolog klinis dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia Vera Itabiliana Hadiwidjojo S.Psi, M.Psi menyampaikan bahwa baby blues dan depresi seusai melahirkan merupakan dua kondisi yang berbeda.
“Dua kondisi tersebut merupakan hal yang berbeda, ini dapat dilihat tergantung dari durasinya,” kata Vera seperti dikutip, Senin (15/4/2024).
Vera menjelaskan, baby blues adalah masalah psikologis yang bisa menimbulkan perasaan sedih, marah, dan cemas pada perempuan yang baru melahirkan. Kondisi ini biasanya berlangsung selama satu hari sampai dua minggu.
Sedangkan perasaan sedih yang terjadi akibat depresi sehabis melahirkan, dia melanjutkan, dapat berlangsung hingga beberapa bulan.
Menurut dia, ibu yang mengalami baby blues bisa mengalami perubahan emosi seperti menjadi mudah marah, gampang menangis, mudah cemas, dan cepat kelelahan.
Pada ibu yang mengalami depresi sehabis melahirkan, gejala-gejala perubahan emosinya lebih intensif.
“Gejala depresi setelah melahirkan itu dapat termasuk perasaan sedih yang berkepanjangan, kehilangan minat, kesulitan tidur, dan kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari,” kata Vera.
Ibu yang mengalami masalah psikologis tersebut bisanya terjadi karena susah tidur sehingga kondisinya secara keseluruhan menurun. Dalam kondisi yang demikian, ibu akan kesusahan merawat bayinya.
Vera mengatakan bahwa pemberian ASI secara eksklusif maupun pembangunan ikatan antara ibu dan bayi pun dapat terganggu kalau ibu mengalami baby blues atau depresi sesudah melahirkan.
“Ini dapat mempengaruhi hubungan antara ibu dan bayi, termasuk kesulitan dalam berinteraksi dan mengembangkan keterampilan bayi. Bayi yang ibunya mengalami baby blues berkepanjangan mungkin mengalami perkembangan yang terhambat,” jelasnya.