Ketegangan di Timur Tengah meningkat setelah Iran meluncurkan serangan rudal besar-besaran ke Israel, menggunakan teknologi persenjataan canggih yang menantang sistem pertahanan rudal Israel.
Salah satu senjata utama yang digunakan dalam serangan ini adalah rudal hipersonik Fattah 2, yang dilaporkan berhasil menembus sistem Iron Dome, kubah besi yang merupakan benteng pertahanan canggih Israel.
Menurut laporan dari Mehr News Agency, “Untuk pertama kalinya, Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC) merusak radar rudal pertahanan Arrow 2 dan 3 dengan rudal hipersonik Fattah 2.” Pernyataan ini menyoroti kemampuan rudal Fattah 2 yang mampu mengatasi sistem pertahanan yang selama ini diandalkan Israel.
Teknologi di Balik Fattah 2
Fattah 2 adalah rudal hipersonik yang diperkenalkan Iran pada akhir 2023. Fattah, yang berarti “penakluk” dalam bahasa Persia, memiliki kecepatan yang dapat mencapai Mach 15, menjadikannya salah satu rudal hipersonik tercepat di dunia. Dengan jangkauan yang diperkirakan mencapai 1.800 km, rudal ini dapat menargetkan wilayah Israel dan bahkan beberapa negara Eropa dalam waktu singkat.
Rudal ini merupakan kendaraan luncur hipersonik (HGV) dengan kemampuan manuver yang lebih baik dibandingkan pendahulunya. Dengan kecepatan maksimum mencapai 16.000 kilometer per jam, Fattah 2 menjadi tantangan besar bagi sistem pertahanan rudal konvensional. Kecepatan dan kemampuan manuvernya membuat rudal ini sulit dideteksi dan dicegat.
Rekaman video yang beredar menunjukkan lintasan api yang sangat cepat dari rudal Fattah, yang menciptakan kawah besar di beberapa lokasi di Israel. Meskipun Israel mengklaim berhasil mementahkan sebagian besar serangan, kemampuan teknis Fattah menunjukkan bahwa sistem pertahanan yang ada perlu ditingkatkan untuk menghadapi ancaman baru ini.
Strategi Serangan Iran
Dalam serangan ini, Iran dilaporkan menggunakan strategi yang cerdik dengan mengerahkan rudal konvensional terlebih dahulu untuk mengalihkan perhatian sistem Iron Dome Israel. Langkah ini membuka jalan bagi rudal hipersonik Fattah 2 untuk menembus wilayah udara Israel tanpa terdeteksi.
![WDS24-GIDS-Fatah-II_01.jpg](https://i0.wp.com/c.inilah.com/reborn/2024/09/WDS_24_GIDS_Fatah_II_01_f8dbc2a6d1.jpg)
Sistem panduan dan navigasi yang digunakan Fattah, termasuk Inertial Navigation Unit (INU) dan Global Navigation Satellite System (GNSS), memberikan akurasi yang tinggi, dengan Circular Error Probable (CEP) antara 10 hingga 25 meter. Ini membuat Fattah sangat efektif dalam mencapai target yang ditentukan.
Selain Fattah 2, Iran juga mengandalkan rudal balistik buatan dalam negeri lainnya, yaitu Ghadr dan Emad. Keragaman jenis rudal ini menunjukkan tingkat kemajuan teknologi dan strategi militer Iran.
Sistem Pertahanan Israel
Israel mengandalkan beberapa sistem pertahanan untuk melindungi wilayahnya dari serangan rudal. Sistem Arrow 2 dan Arrow 3, yang dikembangkan bersama Amerika Serikat, bertugas menghentikan rudal balistik jarak jauh.
Sistem David’s Sling digunakan untuk ancaman jarak menengah, sementara Iron Dome lebih efektif untuk intersepsi jarak pendek.
Meskipun Israel mengklaim berhasil mementahkan sebagian besar serangan dan tidak ada korban jiwa, klaim IRGC tentang keberhasilan 90% dari rudal Fattah 2 menimbulkan kekhawatiran baru tentang efektivitas sistem pertahanan yang ada.
Implikasi dan Tanggapan Internasional
Kemampuan rudal hipersonik Fattah yang unik ini mengejutkan Israel dan Barat, memaksa mereka untuk menyesuaikan skenario pertahanan udara. Israel kini harus mempertimbangkan pengembangan sistem pertahanan yang lebih canggih dan responsif terhadap ancaman hipersonik.
Serangan ini berpotensi memicu perlombaan teknologi baru dalam pengembangan sistem pertahanan anti-rudal yang mampu menghadapi ancaman hipersonik. Komunitas internasional terus memantau situasi ini dengan cermat, mengingat potensi eskalasi konflik di kawasan yang sudah lama bergejolak.
.
.
Dapatkan Informasi Terupdate dan Paling Menarik Seputar berita Internasional dan Teknologi di Laman Google News Inilah.com.