Ototekno

Profil AP Hasanuddin: Potret Peneliti BRIN di Balik Polemik Ancaman ke Muhammadiyah

Andi Pangerang Hasanuddin, peneliti astronomi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), baru-baru ini menjadi viral di media sosial setelah komentarnya di Facebook yang dianggap mengancam warga Muhammadiyah. Andi menanggapi unggahan rekan sejawat Thomas Djamaluddin tentang penetapan Lebaran 2023 oleh Muhammadiyah. Komentar tersebut memicu reaksi keras dari warga Muhammadiyah, dan Andi kemudian meminta maaf. Siapa sosok Andi?

Mengutip laman resmi BRIN, Andi adalah Peneliti Ahli Pratama di BRIN dan lulusan S1 Teknik Elektro. Ia memiliki minat yang mendalam dalam astronomi sejak kecil. Setelah lulus, ia sempat mengajar di beberapa tempat bimbingan belajar (bimbel) dan mengembangkan ilmu astronominya melalui komunitas. Andi bergabung dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) pada 2018, yang kini dilebur ke BRIN.

Salah satu kegunaan ilmu astronomi menurut Andi adalah penentuan hari besar Islam di Indonesia. Dia menilai bahwa penentuan hari besar seperti ini tidak perlu menjadi polemik dan dapat disederhanakan menggunakan kriteria yang telah disepakati, seperti yang telah dirumuskan oleh Thomas Djamaluddin dan disetujui oleh Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

Selain itu, Andi tercatat memiliki sejumlah makalah penelitian. Di antaranya berjudul Astronomical Tidal Constituents Potentially Trigger Coastal Floods on the North Coast of Java yang ditulis bersama Thomas Djamaluddin, Ruli Dwi Susanti, Arif Aditiya, Widodo Setiyo Pranowo, Andi Sitti Mariyam, Lesi Mareta, dan Iyus Edi Rusnadi.

Makalah tersebut sudah diterima untuk dipaparkan dan dipublikasikan di The 9Th International Seminar on Aerospace Science and Technology (ISAST 2022).

Andi juga memiliki akun tiktok dengan username @andi_pangerang dengan sekitar 13 ribu followers. Dalam akun tersebut, Andi kerap membagikan pandangannya terkait berbagai fenomena astronomi.

Belakangan, mayoritas konten di akun tiktok tersebut membahas tentang penemuan hilal dan perbedaan Lebaran pemerintah/NU dan Muhammadiyah. Bahkan, Andi sempat membuat konten repost berisi imbauan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas agar menghormati perbedaan Hari Lebaran.

Menyorot perbedaan hari lebaran

Kontroversi penetapan Lebaran di Indonesia sering kali menyebabkan perbedaan tanggal antara pemerintah dan organisasi Islam seperti Muhammadiyah. Pada kasus Lebaran 2023, Muhammadiyah menetapkan tanggal 21 April melalui metode hisab atau wujudul hilal, sementara pemerintah menetapkan Idulfitri melalui sidang isbat dan pemantauan hilal atau imkan rukyat pada 20 April.

Andi telah mengembangkan ilmu astronomi dan mengaplikasikannya dalam penentuan awal bulan Hijriah, arah kiblat, waktu salat, dan gerhana. Sebagai peneliti di BRIN, ia berusaha memberikan kontribusi kepada masyarakat dalam berbagai aspek yang berkaitan dengan astronomi, termasuk penentuan hari besar Islam.

Andi berpendapat bahwa penentuan hari besar tidak perlu menjadi sumber perdebatan dan polemik. Dengan metode yang telah disepakati bersama oleh MABIMS, Indonesia bisa mencapai konsensus dalam menentukan hari besar keagamaan secara ilmiah dan saintifik. Hal ini akan membantu menghindari perbedaan pendapat dan memperkuat persatuan di tengah masyarakat.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button