Market

Menjaga Momentum Geliat Ekonomi Mudik Lebaran

Lebaran telah usai. Masyarakat menyambut antusias kebijakan mudik tahun ini setelah dua kali Hari Raya Idul Fitri tidak bisa pulang kampung. Momentum mudik kali ini seperti sebuah ajang ‘balas dendam’. Pemerintah pun ikut bahagia, perekonomian nasional menggeliat terdampak Lebaran.

Kebijakan memperbolehkan mudik oleh pemerintah memang tepat. Pemerintah juga menetapkan cuti bersama selama empat hari kerja dan libur nasional selama dua hari. Harapannya, rakyat Indonesia dapat merayakan Idul Fitri di kampung halaman namun tetap melaksanakan prosedur kesehatan untuk mencegah penyebaran COVID-19.

Mungkin anda suka

Tak hanya bermanfaat secara sosial dan spiritual, kebijakan mudik juga juga menjadi salah satu momen pemulihan ekonomi nasional. Apalagi selama dua tahun perekonomian sempat terseok gara-gara pandemi COVID-19.

Picu Ekonomi Nasional

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mencatat total pergerakan pemudik dengan moda transportasi umum mencapai 11,2 juta penumpang sampai dengan Minggu (8/5/2022). Tersebar pada angkutan kendaraan darat, laut, udara, kereta api hingga penyeberangan.

Sejak awal, survei Balitbang Kemenhub menyebut jumlah pemudik Lebaran tahun 2022 diperkirakan sebanyak 85,5 juta orang. Jumlah tersebut setara dengan 31,6 persen dari total penduduk Indonesia. Bisa dibayangkan multiplier efek dari perpindahan warga ke kampung halaman untuk mengunjungi sanak saudara ini terhadap roda ekonomi di pusat hingga ke pelosok-pelosok daerah.

Selain sektor transportasi, semasa puasa hingga Lebaran, dipastikan terjadi peningkatan belanja masyarakat terutama untuk kebutuhan pokok berupa pangan dan sandang. Tak pelak, ini berkontribusi positif secara langsung pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, industri olahan dan perdagangan.

Yang juga terjadi adalah perpindahan dana dari kota ke desa-desa. Terjadi transfer uang dalam jumlah besar dari kota ke desa. Orang kota yang mudik ke daerah juga membawa uang untuk keperluan hidup di kampung selama lebaran, berbagi kepada sesama hingga belanja oleh-oleh sebagai buah tangan untuk dibawa ke kota. Ini jelas akan mendorong trickle down effect dari aktivitas ekonomi dan perputaran uang yang selama ini ada di Jakarta ke daerah.

Jika kita asumsikan jumlah pemudik sebanyak 85 juta orang dan rata rata per keluarga tiga orang maka jumlah yang mudik lebih kurang 28 juta keluarga. Jika per keluarga membawa minimal Rp1 juta, maka uang yang mengalir ke daerah paling sedikit Rp28 triliun. Jumlah ini bisa berlipat-lipat mengingat dana yang dibawa setiap keluarga bisa lebih besar dari itu.

Satu lagi yang tidak kalah besar sumbangannya bagi perekonomian dari efek Lebaran ini adalah industri pariwisata. Kita lihat hampir semua tempat-tempat wisata di daerah ikut merasakan peningkatan denyut bisnis. Jalanan menuju tempat-tempat wisata macet, hotel penuh, rumah makan, tempat istirahat, warung jajanan di pinggir jalan laris manis diserbu para pemudik.

Kenaikan Transaksi Versi Bank Indonesia

Tak heran jika Bank Indonesia mencatat transaksi pembayaran tunai dan non tunai melonjak selama Ramadan dan Idul Fitri 2022. Kenaikan transaksi ini karena banyak masyarakat yang melakukan mudik.

“Realisasi penarikan uang tunai meningkat 16,6 persen dibandingkan realisasi tahun 2021 (yoy) dari sebesar Rp154,5 triliun menjadi Rp180,2 triliun,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono, dalam keterangan persnya, Senin (9/5/2022).

Pertumbuhan tersebut lebih tinggi ketimbang pertumbuhan sebelum kondisi pandemi (Mei 2019) yang sebesar 9,21 persen (yoy). Sementara transaksi non tunai melalui BI-FAST yang tetap beroperasi penuh selama libur Idul Fitri juga mengalami peningkatan. Nominal transaksi BI-FAST bulan April 2022 tumbuh sebesar 51,88 persen (mtm), mencapai Rp100,25 triliun dan secara volume tumbuh 32,72 persen (mtm) atau mencapai 24,55 juta transaksi.

Untuk nominal transaksi tertinggi terjadi pada H-7 Idul Fitri (25/4) sebesar Rp5,93 triliun dengan volume sebanyak 1,28 juta transaksi. Wilayah dengan penarikan tunai tertinggi yaitu Jawa sebesar Rp110,1 triliun atau tumbuh 19,6 persen (yoy), tertinggi kedua Sumatera sebesar Rp35,3 triliun, tumbuh 6,5 persen (yoy).

Semua berharap momentum mudik dan Lebaran ini dapat dimanfaatkan agar mampu memberikan kontribusi maksimal bagi pertumbuhan perekonomian nasional di kuartal II-2022. Namun, masih ada catatan yang mesti diperhatikan adalah kenaikan harga komoditas yang berpotensi menekan pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. [ikh]

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button