Hangout

Menkes: Stunting pada Anak Indonesia Berada di Ujung Tanduk

Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin mewanti-wanti risiko stunting pada anak Indonesia yang disebut sudah berada di ujung tanduk. Satu dari empat anak Indonesia terlahir dalam kondisi stunting.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan stunting tidak hanya akan membawa dampak buruk, tetapi juga menyulut bencana demografi.

“Kalau kita gagal membina kesehatan anak-anak, bisa menjadi bencana demografi. Stunting itu bisa menurunkan sampai 20 poin IQ anak,” ujar Budi dalam pertemuan virtual Tentang Anak, Selasa (5/4/2022).

“Dan prevalensi stunting kita kan masih 24 persen, tinggi sekali itu. Satu dari empat anak Indonesia lahir stunting,” tambahnya.

Budi juga menyampaikan, pemerintah sejatinya telah melakukan sejumlah intervensi demi pencegahan stunting pada para ibu yang akan melahirkan. Hanya saja, intervensi itu akan terbilang sia-sia jika pemahaman dari si ibu akan bahaya stunting masih minim.

“Intervensi sudah kita persiapkan. Tetapi, pemahaman ibu akan sangat menentukan apakah intervensi ini berhasil atau tidak,” ujar Menkes.

Hal senada juga disampaikan oleh pakar penyakit nutrisi dan metabolik anak, Damayanti R. Sjarif. Ia meminta para ibu untuk mematuhi anjuran pemerintah agar risiko stunting pada anak dapat ditekan.

“Jadi tantangan kami untuk para ibu, ikuti saja apa yang sudah diminta oleh pemerintah. Yang pertama tolong periksa kandungan ke dokter. Begitu ada tanda-tanda gangguan pertumbuhan pada anak cepat bawa ke dokter. Mungkin terlihat masih baik-baik saja, cuma kita belum tahu pasti, mungkin ada penyakit yang menyertainya. Dan yang bisa memeriksa cuma dokter,” tegasnya.

Berdasarkan keterangan resmi Kemenkes, saat ini di beberapa daerah capaian prevalensi sudah dibawah 20% namun masih belum memenuhi target dari RPJMN tahun 2024 sebesar 14%. Bahkan seandainya pun sudah tercapai 14% bukan berarti Indonesia sudah bebas stunting tetapi target selanjutnya adalah menurunkan angka stunting sampai kategori rendah atau dibawah 2,5 persen.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button