Menko Airlangga Berkilah Pelemahan Rupiah Fenomena Global


Nilai tukar rupiah berada pada tren pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa waktu terakhir. Dolar AS sempat menembus level Rp16.300.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melihat pelemahan rupiah sebagai fenomena global. Dolar AS menguat tajam terhadap banyak mata uang termasuk rupiah.

“Jadi tentu ini fenomena global,” ungkapnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (20/12/2024)

Penguatan dolar AS terjadi karena semakin meningkatkan ketidakpastian global akibat terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS. Kemudian diperparah keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS yang kembali memangkas suku bunga acuannya tapi tidak sesuai ekspektasi.

“Penguatan dolar itu terkuat dua bulan terakhir,” ujarnya.

Menurut Airlangga, rupiah masih lebih baik secara tahun kalender (year to date) dibandingkan kinerja mata uang Korea Selatan, Jepang, Turki dan beberapa negara lain.

Rupiah Masih Lunglai di Penutupan Akhir Pekan

Rupiah tercatat mampu rebound pada penutupan perdagangan akhir pekan ini, Jumat (20/12/2024), setelah sempat tertekan lebih dari 1 persen di hari sebelumnya. Meski demikian, nilai tukarnya masih tetap berada di atas Rp16.000 per dolar AS.

Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan Jumat sore, kurs rupiah menguat hingga 0,58 persen ke level Rp16.190 per dolar AS. Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi hingga sentuh level Rp16.185 dan terjauh di posisi Rp16.305 per dolar AS.

Namun selama sepekan ini, mata uang Garuda masih mengalami penurunan cukup dalam hingga 1,25 persen.

Nilai tukar mata uang Asia terhadap dolar AS memang tengah mengalami pelemahan cukup signifikan khususnya setelah bank sentral AS, Federal Reserve atau The Fed, mengumumkan soal ekspektasi suku bunganya di tahun depan.

Tekanan terhadap mata uang di Asia terjadi setelah The Fed memberikan ekspektasinya terhadap suku bunga acuannya di 2025 yang tampak tidak seagresif sebelumnya.