Market

Merger Masih Wacana, Beban Utang BUMN Karya Kian Menggurita

Beban utang yang melilit BUMN Karya sudah menjadi keprihatinan banyak pihak. Nasibnya pun menjadi bahan evaluasi supaya ke depan menjadi lebih sehat. Walaupun salah satu penyebabnya karena tugas menjalankan proyek infrastruktur strategis.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau PUPR, Basuki Hadimujono, mengakui salah satu cara menyehatkan BUMN Karya saat ini adalah opsi penggabungan. Namun saat ini baru sebatas wacana.

Dia mengatakan, hal itu masih dalam tahap evaluasi. “Ya itu lagi wacana-wacana, kan sekarang ada 8 atau 9 BUMN karya, itu kita evaluasi terkait bisa atau enggaknya jika itu kita gabung-gabungkan. Ini masih wacana, belum diputuskan,” ujar Basuki saat di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (7/6/2023) kemarin.

Diakuinya pemerintah mempunyai rencana untuk melakukan transformasi terhadap BUMN karya. Namun, belum ada rapat formal untuk membahas hal tersebut. Dengan demikian, hal itu baru sebatas pembicaraan ide-idenya saja.

“Belum dirapatkan, tapi sudah ngomong ada ide-ide dengan dengan Bu Menteri Keuangan, tapi memang belum diputusin,” ujarnya.

Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN, Erick Thohir sebenarnya sudah merencanakan konsolidasi antar perusahaan sektor karya dan infrastruktur. Alternatifnya ada dua segmen perusahaan karya skala kecil dan perusahaan skala besar. Dengan beban uang yang berat, Erick pun secara intensif menggodok skema merger BUMN karya skala kecil kepada PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dan Danareksa.

Adapun, perusahaan karya dengan skala besar yaitu PT PP Tbk (PTPP), Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), Hutama Karya (HK), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI). BUMN juga mengkaji potensi merger Waskita Karya dengan Hutama Karya dan penggabungan Wijaya Karya dengan PTPP.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button