Meski Menyatakan Bubar, Singapura Khawatir Sempalan JI Masih Targetkan Negaranya


Singapura masih khawatir negaranya tetap menjadi target dan ancaman terorisme meskipun Jamaah Islamiyah (JI) di Indonesia telah membubarkan diri. Ada risiko dalam waktu dekat munculnya sel-sel sempalan sebagai dampak dari pembubaran kelompok JI itu.

Kementerian Dalam Negeri (MHA) Singapura Sabtu (6/7/2024) mengungkapkan, dampak jangka panjang dari pembubaran tersebut masih harus dilihat. “Misalnya, ideologi radikal JI, termasuk tujuan mendirikan kekhalifahan Islam di Asia Tenggara melalui perjuangan bersenjata, kemungkinan akan terus menarik minat beberapa kelompok dan individu,” ujar MHA menanggapi pertanyaan dari Channel News Asia  (CNA).

Sebanyak 16 orang petinggi JI telah membuat video dan menyatakan kembali ke pangkuan NKRI. Mereka mengumumkan pembubaran kelompok tersebut pada 30 Juni di Bogor. Kelompok teror ini berada di balik beberapa serangan paling mematikan di Asia Tenggara, termasuk bom Bali tahun 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang. Mereka sepakat akan melakukan perubahan kurikulum di sekolah-sekolah yang berafiliasi dengan JI, sehingga tidak ada lagi materi yang mengajarkan ekstremisme. 

MHA mengatakan pembubaran JI di Indonesia merupakan perkembangan signifikan dan pencapaian besar bagi otoritas Indonesia. Namun, ia memperingatkan bahwa ancaman terorisme terhadap Singapura tetap tinggi dan negara tersebut terus menjadi target utama para teroris.

Kementerian mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan segera menghubungi polisi atau Departemen Keamanan Dalam Negeri jika menemukan orang atau aktivitas mencurigakan.

Kelompok ini dibentuk pada tahun 1993 oleh Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Bashir dengan misi membangun negara Islam di Asia Tenggara. Abdullah Sungkar meninggal pada tahun 1999 sementara Abu Bakar dijatuhi hukuman 15 tahun penjara pada tahun 2011 atas tuduhan mendanai pelatihan militan di Aceh. Pria berusia 83 tahun itu dibebaskan pada tahun 2021 atas dasar kemanusiaan.

Diduga berafiliasi dengan Al-Qaeda, kelompok ini ditetapkan sebagai organisasi terlarang oleh Pengadilan Negeri Jakarta pada tahun 2008 setelah beberapa serangan teror oleh individu yang bertindak atas nama kelompok tersebut.

JI mengalami beberapa perpecahan yang mengakibatkan munculnya organisasi-organisasi yang didirikan oleh orang-orang yang tidak puas dengan keputusan-keputusan petinggi JI. Abu Bakar Bashir sendiri meninggalkan JI dan membentuk Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) pada tahun 2000 sebelum mengundurkan diri pada tahun 2008 setelah terjadi pertikaian internal.

Amerika Serikat pada tahun 2017 menetapkan MMI sebagai Teroris Global yang Ditunjuk Khusus (SDGT) karena dugaan hubungannya dengan gerakan Al Qaeda dan Front Al Nusra. AS memandang kelompok ini sebagai kelompok yang berisiko tinggi melakukan aksi terorisme, meskipun MMI telah membantah memiliki hubungan dengan kelompok teror.

Sebelumnya, Menteri Hukum dan Dalam Negeri Singapura K Shanmugam Jumat (28/6/2024) mengatakan, negara kota itu tetap menjadi target yang sangat penting. bagi teroris. Serangan serta penangkapan baru-baru ini di Malaysia menunjukkan perlunya “sangat waspada” terhadap ancaman tersebut.

Mei lalu, polisi Malaysia melakukan sejumlah penangkapan setelah serangan di kantor polisi di Ulu Tiram, di pinggiran Johor Bahru, yang menewaskan dua petugas polisi dan melukai satu orang. Serangan pada dini hari tanggal 17 Mei dilakukan oleh seorang pemuda berusia 21 tahun, yang tewas dalam baku tembak berikutnya. Ayah dan saudara laki-laki penyerang dilaporkan merupakan pendukung ISIS dan serangan itu kemungkinan terinspirasi oleh ISIS, kata Tn. Shanmugam.

Singapura mengalami pengalaman buruk dengan kelompok teroris Jemaah Islamiah (JI) di masa lalu. Pada bulan Desember 2001, Departemen Keamanan Dalam Negeri (ISD) menggagalkan serangan di beberapa lokasi di Singapura, termasuk Stasiun MRT Yishun dan instalasi militer utama seperti Markas Besar Kementerian Pertahanan di Bukit Gombak. 

Setelah gelombang penangkapan pertama di tempat itu, anggota JI berkumpul kembali di Malaysia. “Mereka ingin merencanakan serangan balasan terhadap Singapura,” kata Tn. Shanmugam. “Kami tetap menjadi target yang sangat penting bagi teroris.”