Raksasa media sosial Meta melaporkan peningkatan signifikan dalam laba dan pendapatannya sepanjang 2024, sekaligus mengumumkan rencana ambisius untuk memperluas infrastruktur kecerdasan buatan (AI) di tahun mendatang.
Meta—induk dari Facebook, Instagram, dan WhatsApp—mencatat laba bersih melonjak 59% menjadi USD 62,36 miliar (sekitar Rp986 triliun), sementara laba kuartal keempat naik 49% menjadi USD 20,84 miliar (sekitar Rp329 triliun). Pendapatan tahunan mencapai USD 164,5 miliar (sekitar Rp2.602 triliun), tumbuh 22% dibanding 2023, didorong oleh kenaikan harga iklan sebesar 10% dan peningkatan impresi iklan sebesar 11% di seluruh platformnya.
“Kami terus membuat kemajuan dalam AI, kacamata pintar, dan masa depan media sosial,” ujar CEO Meta Mark Zuckerberg, optimistis bahwa 2025 akan menjadi tahun ekspansi besar-besaran untuk inisiatif tersebut.
AI, Moderasi Konten, dan Pengaruh Politik
Kesuksesan Meta terjadi di tengah perubahan kebijakan besar dalam moderasi kontennya. Perusahaan baru-baru ini mengakhiri program fact-checking di AS, setelah mendapat tekanan dari kelompok konservatif yang menilai program tersebut sebagai bentuk sensor.
“Kita kini memiliki pemerintahan AS yang mendukung perusahaan teknologi unggulan dan membela kepentingan kita di luar negeri,” ujar Zuckerberg kepada para analis, merujuk pada pemerintahan Presiden Donald Trump.
Selain itu, Meta juga mengurangi inisiatif keberagaman dan melonggarkan aturan moderasi, terutama terkait jenis ujaran tertentu—langkah yang dapat memicu kekhawatiran dari pengiklan besar yang tidak ingin iklan mereka muncul di samping konten kontroversial.
Namun, perubahan ini tidak menghambat pertumbuhan jumlah pengguna. Pengguna aktif harian Meta meningkat 5% menjadi 3,35 miliar pada Desember 2024.
Investasi Besar-Besaran di AI dan Restrukturisasi Karyawan
Untuk memperkuat dominasi AI-nya, Meta merencanakan belanja modal sebesar USD 60-65 miliar (sekitar Rp 949-1.029 triliun) di 2025, sebagian besar untuk pengembangan AI dan infrastruktur teknologi. Total pengeluaran perusahaan diperkirakan mencapai USD 114-119 miliar (sekitar Rp 1.803-1.882 triliun).
“Saya yakin 2025 akan menjadi tahun di mana asisten AI cerdas dan personal akan menjangkau lebih dari 1 miliar orang, dan saya berharap Meta AI akan menjadi pemimpin di bidang ini,” kata Zuckerberg.
Meta juga menambah 10% tenaga kerja menjadi 74.067 karyawan sepanjang 2024, dengan rencana ekspansi lebih lanjut dalam peran teknis terkait AI. Namun, bulan lalu perusahaan mengumumkan PHK terhadap 3.600 karyawan (5% dari total tenaga kerja) yang dianggap berkinerja rendah, untuk digantikan dengan talenta baru yang lebih sesuai dengan visi perusahaan.
Kompetisi AI
Di tengah pencapaian ini, Meta menghadapi tantangan dari regulasi ketat serta persaingan yang semakin ketat di dunia AI. Munculnya DeepSeek, startup AI asal China yang menawarkan model AI lebih murah dan efisien, disebut telah mendorong Meta membentuk “war room” khusus untuk menganalisis serta mengadaptasi inovasi tersebut dalam pengembangan model Llama AI miliknya.
Meta memproyeksikan pendapatan kuartal pertama 2025 akan mencapai USD 39,5-41,8 miliar (sekitar Rp 625-662 triliun), tumbuh 8-15% dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan strategi agresif dalam AI dan restrukturisasi karyawan, Meta berupaya mempertahankan dominasinya di industri teknologi global.