Mimpi Bersih RDF Rorotan: Bocah Ikut Protes, Penyakit ISPA pun Merebak


Seorang anak kecil bernama Kefas (5) menulis surat penuh haru kepada Wahyu Andre Maryono, pengurus RT 18 RW 14 di perumahan Jakarta Garden City (JGC), Cakung Timur, Jakarta Timur. Dalam suratnya, Kefas memprotes bau sampah yang berasal dari fasilitas pengolahan sampah Refuse Derived Fuel (RDF) di Rorotan, Jakarta Utara. 

Kefas menuliskan perasaan dan apa yang dialaminya akibat keberadaan pengolahan sampah baru yang berada dekat dari rumah tempat tinggalnya dalam suratnya itu. Bau busuk itu begitu menyengat, sehingga meresap ke dalam rumahnya dan membuatnya kehilangan selera makan. 

“Bapak, hari ini bau sampah sampai Kefas enggak doyan makan,” keluh Kefas dalam suratnya itu. Orang tua Kefas kemudian mengabadikan surat tersebut dalam foto dan mengirimkannya langsung kepada Wahyu, berharap suara anak kecil itu didengar dan diperhatikan. 

Jarak Perumahan JGC dengan RDF Rorotan sekitar 800 meter. Meski agak jauh, aroma bau busuk sampah di perumahan itu sangat menyengat sehingga mengganggu kenyamanan warga. Wahyu mengaku khawatir dengan mental anak-anak di perumahannya. Anak-anak yang seharusnya bisa beraktivitas di sore hari, keluar rumah bermain di taman bersama temannya, kini harus menahan bau dari dalam rumah, sekalipun telah memakai masker.

“Tapi karena ada asap polusi dari RDF ini mereka harus tetap berada di rumah. Di rumah pun mereka akhirnya sakit karena baunya itu sampai masuk ke dalam. Jadi saya nggak tahu lagi ini harus berbuat apa lagi,” keluh Wahyu kepada inilah.com, Rabu (19/3/2025).

Bahkan, tujuh orang warganya per hari Rabu (19/3) terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat bau dari fasilitas pengolahan sampah RDF Rorotan. “Tapi sekarang ini semenjak uji coba terakhir, seminggu terakhir ini, ada 7 orang warga saya per hari ini yang melapor terkena ISPA,” kata Wahyu. Kebenaran ISPA itu telah dikonfirmasi juga oleh pihak Puskesmas di kawasan kompleksnya. 

Wahyu mengaku jika dirinya tak pernah menerima koordinasi maupun sosialisasi dari pihak Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sejak awal pembangunan RDF Rorotan. Ia hanya mendengar bahwa Pemprov hanya melakukan sosialiasi di sejumlah RW yang jaraknya tak begitu jauh dari RDF Rorotan. 

“Kami nggak pernah diajak bicara, jadi mereka hanya bicara dengan 4 RW yang ada di lingkungan RDF pabriknya itu aja. Sementara dampak dari asap, dari polusi, polutannya itu kan menyebarnya kan melebihi jangkauan itu, 5 kilometer jaraknya sebenarnya,” ujar Wahyu.

Bagi Wahyu, Pemprov DKI hanya memikirkan anggaran besar hingga Rp1,3 triliun dari pajak rakyat yang telah digelontorkan untuk pembangunan RDF Rorotan. Namun, tidak mempertimbangkan dampak sosial, ekonomi, kenyamanan warga yang jauh lebih bernilai dibandingkan Rp1,3 triliun itu.

Niat tulus Wahyu menyuarakan keresahan ini bukan tanpa alasan. Sebab, ia mewakili suara 25 ribu Kartu Keluarga (KK) yang hidup di Perumahan JGC serta mewakili keluhan dari warga lain yang tinggal di sekitaran RDF Rorotan. 

“Terlalu tinggi resikonya buat masyarakat kami. Apa harus menunggu sampai 22 ribu orang itu nanti jatuh sakit dulu, baru pemerintah tegak hatinya. Apalagi korbannya kebanyakan anak-anak kecil,” ucap Wahyu.

Mereka tak pernah menuntut kompensasi sedikitpun. Wahyu dan ribuan warga lainnya hanya berharap Pemprov DKI Jakarta menggunakan akal sehatnya, salah satunya dengan menutup RDF Rorotan. 

Habiskan Anggaran Rp1,3 Trilun

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengelontorkan anggaran Rp1,3 triliun untuk membangun RDF Rorotan. “Sudah ditetapkan dalam APBD DKI 2024,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu, (15/11/2023).

RDF Plant Rorotan rencananya akan mulai beroperasi pada 2025. Nantinya RDF itu mampu mengolah sampah sebanyak 2.500 ton per hari. “RDF Plant Rorotan ini dibangun sejak 2024 di Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, dan didesain untuk mengolah 2.500 ton sampah/hari atau sekitar 30% sampah Jakarta menjadi Refused Derived Fuel (RDF) min. 875 ton/hari,” tulis akun media sosial @dinaslhdki, Senin (2/12/2024).

RDF itu dibangun di atas lahan seluas 7,87 hektare dengan fasilitas Hanggar Utama Pengolahan Sampah yang dilengkapi fasilitas penunjang, seperti laboratorium, jembatan timbang, pencucian truk, workshop, dan pemadam kebakaran.

Tidak hanya itu RDF Rorotan juga dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan lingkungan, yaitu instalasi pengolahan air limbah (IPAL), Kolam Retensi, Sistem Pengendali Bau, Zona Penyangga, Area Parkir Truk, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH). RDF Rorotan, Jakarta Utara, ini merupakan tempat pengolahan sampah terbesar di Indonesia.

Bakal Diresmikan Pramono Anung April 2025

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, mengatakan, pabrik pengolahan sampah menjadi bahan bakar atau RDF Plant akan diresmikan oleh Gubernur Pramono Anung pada April 2025. Ia menyebut, pihaknya akan terus melakukan perbaikan-perbaikan menjelang peresmian. Salah satunya antisipasi masalah bau yang dikeluhkan masyarakat di sekitar RDF Rorotan.

“Kita akan terus melakukan perbaikan-perbaikan. Sehingga nanti Insyaallah pada bulan April tempat ini akan dilaunching Pak Gubernur,” kata Rano di RDF Rorotan, Jakarta Utara, Selasa (25/2/2025).

Sementara itu Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta merespons keluhan warga di sekitar lokasi, kini tengah melakukan pengosongan sampah sementara. Pengosongan ini juga merupakan tindak lanjut arahan Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung. 

“Pengosongan RDF ini meliputi sampah lama di bunker sebanyak 800 ton dan produk RDF di gudang produksi sekitar 600 ton,” kata Kepala Unit Pengelolaan Sampah Terpadu (UPST) Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Agung Pujo Winarko. Proses pengosongan ratusan ton sampah yang ada di bunker sudah dilakukan sejak 19 Maret. 

Sampah-sampahnya telah dikirim TPST Bantar Gebang, begitu juga dengan produk RDF juga dipindahkan ke plant di Bantar Gebang. RDF Rorotan kata dia, nantinya akan ditutup sementara untuk dilakukan perbaikan oleh kontraktor terkait.