Hangout

Mitos Kanker Paru, Mulai dari Pasiennya Hanya Perokok Hingga Penyakit Orang Tua


Kanker paru masih menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti dan disalahpahami di seluruh dunia. Penyakit ini memiliki angka kematian tertinggi di kalangan pria dan wanita dan merupakan penyebab utama kematian terkait kanker di seluruh dunia. 

Saat memperingati Hari Kanker Paru Sedunia 2024 setiap 1 Agustus, penting untuk memisahkan fakta dari fiksi agar lebih memahami kondisi ini dan dampaknya. Setidaknya ada lima mitos umum tentang kanker paru dan fokus pada beberapa fakta lainnya.

Mitos: Hanya Perokok yang Terkena Kanker Paru-paru

Meskipun merokok merupakan faktor risiko yang signifikan untuk kanker paru-paru, itu bukanlah satu-satunya penyebab. Menurut American Cancer Society, sekitar 10-20% kasus kanker paru terjadi pada mereka yang bukan perokok. 

Paparan terhadap asap rokok, gas radon, asbes, dan karsinogen lainnya juga dapat menyebabkan kanker paru-paru. Faktor genetik dan polusi udara memegang peranan penting. Misalnya, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The Lancet menemukan bahwa polusi udara berkontribusi terhadap sekitar 14% kasus kanker paru-paru di seluruh dunia.

“Untuk kanker paru, meskipun gaya hidup sehat, menghindari rokok dan tembakau merupakan tindakan umum, penting juga untuk mempertimbangkan pemeriksaan rutin. Langkah pertama adalah mewaspadai gejala awal seperti batuk terus-menerus atau semakin parah, nyeri dada yang dipicu oleh pernapasan atau tertawa, kesulitan bernapas, nyeri sendi atau tulang, atau penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan,” kata Dr. Amitesh Anand, Ahli Bedah Onkologi, Ranchi Cancer Hospital & Research Centre (RCHRC), India, mengutip Times of India.

Mitos: Kanker Paru-paru hanya Menyerang Orang Tua

Meskipun kanker paru-paru lebih umum terjadi pada orang dewasa yang lebih tua, kanker ini dapat menyerang orang-orang dari segala usia. American Lung Association menyoroti bahwa meskipun usia rata-rata diagnosis adalah sekitar 70 tahun, orang dewasa yang lebih muda dan bahkan remaja dapat mengembangkan kanker paru-paru. 

Timbulnya penyakit pada tahap awal dapat dikaitkan dengan mutasi genetik dan faktor lingkungan. Sebuah studi komprehensif dalam Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention mencatat peningkatan kejadian kanker paru-paru di antara individu berusia 20 hingga 49 tahun. 

Dr Anand lebih lanjut menjelaskan, “Kanker paru-paru adalah salah satu kanker yang paling sering didiagnosis di India, mencakup 5,9% dari semua kasus kanker dan 8,1% dari semua kematian terkait kanker. Yang mengkhawatirkan, beban ini terus meningkat di antara populasi yang lebih muda juga, dengan 10-20 persen kasus terjadi pada individu di bawah usia 50 tahun.”

Mitos: Tidak ada Gunanya Berhenti Merokok

Berhenti merokok di usia berapa pun secara signifikan mengurangi risiko terkena kanker paru-paru dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyatakan bahwa dalam 10 tahun setelah berhenti, risiko kematian akibat kanker paru-paru turun hingga setengahnya dibandingkan dengan seseorang yang terus merokok. 

Penelitian dari Journal of the National Cancer Institute mengungkapkan bahwa mantan perokok mengalami penurunan risiko kanker paru-paru yang signifikan dari waktu ke waktu, terlepas dari berapa lama mereka merokok.

Mitos: Skrining Kanker Paru-paru tak Perlu jika tak ada Gejala

Deteksi dini melalui skrining dapat menyelamatkan nyawa, bahkan jika Anda tidak menunjukkan gejala. Satuan Tugas Layanan Pencegahan AS merekomendasikan skrining kanker paru-paru tahunan untuk individu berisiko tinggi, seperti mereka yang berusia 50-80 tahun dengan riwayat merokok yang signifikan. Uji Coba Skrining Paru Nasional menemukan bahwa pemindaian CT dosis rendah dapat mengurangi angka kematian akibat kanker paru-paru hingga 20% dibandingkan dengan rontgen dada. Skrining membantu mendeteksi kanker pada tahap awal yang lebih mudah diobati.

Mitos: Tidak ada yang dapat Dilakukan untuk mencegahnya

Meskipun tidak semua kasus kanker paru-paru dapat dicegah, beberapa tindakan dapat mengurangi risiko secara signifikan. Menghindari merokok dan paparan asap rokok, menguji rumah untuk mengetahui keberadaan radon, dan mengurangi paparan karsinogen seperti asbes merupakan strategi yang efektif. 

Menjaga pola makan sehat yang kaya buah-buahan dan sayuran serta olahraga teratur juga dapat berkontribusi terhadap kesehatan paru-paru. Sebuah penelitian dalam The Journal of Nutrition menekankan peran perlindungan dari pola makan yang kaya antioksidan terhadap kanker paru-paru.

Meskipun kanker paru-paru merupakan kanker terbanyak di kalangan pria di India, kanker ini juga semakin banyak menyerang wanita karena meningkatnya penggunaan tembakau, perokok pasif, dan polusi udara dalam dan luar ruangan yang parah. Kasus kanker pada wanita sering kali baru teridentifikasi pada stadium lanjut karena keengganan menjalani pemeriksaan rutin. 

“Wanita yang bekerja di pekerjaan berisiko tinggi, seperti pertambangan dan konstruksi, dan mereka yang tinggal di masyarakat pedesaan, sangat rentan. Faktor sosial ekonomi, termasuk kurangnya kesadaran, keterbatasan daya pengambilan keputusan, dan kendala keuangan, mempersulit perawatan kanker bagi mereka,” kata Dr. Prasanth Penumadu, Kepala Departemen Bedah Onkologi, Sri Venkateswara Institute of Cancer Care.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button