Market

Mitratel Siap Dukung Ekonomi Digital RI Tumbuh Lebih Tinggi

Google, Temasek, dan Bain & Company, sepanjang 2021, valuasi ekonomi digital tumbuh 49% menjadi US$70 miliar, dari US$47 miliar pada 2020.

Bahkan, Google cs terus merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi digital Indonesia pada 2025 dari sebelumnya US$124 miliar, menjadi US$146 miliar.

Begitu banyaknya sektor industri yang melakukan digitalisasi lini bisnisnya sejak pandemi COVID-19 merebak dua tahun terakhir disebut menjadi penggerak utama pertumbuhan tersebut.

Theodorus Ardi Hartoko, Direktur Utama PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel/MTEL) menegaskan, perusahaan penyedia infrastruktur telekomunikasi yang dipimpinnya tidak akan melewatkan kesempatan untuk membantu ekonomi digital Indonesia agar tumbuh lebih tinggi lagi.

Pria yang akrab disapa Teddy itu menjelaskan, tumbuh suburnya ekonomi digital suatu negara tidak lepas dari bertambahnya jumlah masyarakat digital (society), serta tersedianya infrastruktur digital yang mumpuni. “Ketiga faktor itu merupakan basic ingredients dalam menciptakan digital ecosystem yang sehat. Tugas Mitratel dalam ekosistem tersebut adalah memastikan connectivity antara masyarakat dengan pelaku usaha digital bisa terlayani melalui tower kami,”ujar Teddy, Senin (10/1/2022).

Berbekal pengalaman di bisnis menara telekomunikasi sejak 2008, Teddy mencatat, sampai akhir September 2021, jumlah menara yang dikelola Mitratel mencapai 28.076 unit. Uniknya, 57% atau 16.150 unit menara tersebut tersebar di luar Pulau Jawa.

“Dengan tren pertumbuhan pengguna internet yang semakin menyebar ke seluruh Indonesia, keberadaan tower Mitratel di luar Pulau Jawa saya yakini bisa membantu ekspansi perusahaan-perusahaan digital ke wilayah baru yang potensial. Sementara di Pulau Jawa sendiri, jumlah jaringan tower kami sejumlah 11.929 menara,” kata Teddy.

Saat ini, Mitratel merupakan perusahaan menara telekomunikasi terbesar. Mengelola lebih dari 25% pangsa pasar bisnis menara di Indonesia. Teddy menyebut seluruh perusahaan telekomunikasi raksasa di Indonesia menggunakan jasa Mitratel, tidak hanya grup Telkom semata.

Secara total Mitratel melayani lebih dari 42.000 tenants yang menggunakan fasilitas tower kami. Jumlahnya diharapkan terus bertambah, seiring dengan dibukanya jaringan 5G oleh Pemerintah Indonesia,” kata Teddy.

Untuk menjaga tren pertumbuhan pada 2022, Teddy menjelaskan setidaknya ada empat strategi yang akan dijalankan Mitratel. Pertama, memperbesar kontribusi pertumbuhan bisnis organik dengan cara menggenjot layanan built to suit (B2S) dan kolokasi menara dari operator jaringan seluler (MNO) yang menjadi klien perusahaan.

Kedua, melanjutkan aksi merger dan akuisisi (M&A) aset menara dari Telkomsel maupun mengakuisisi saham perusahaan menara yang lebih kecil. Ketiga, Mitratel akan melakukan ekspansi dengan menyediakan beberapa layanan baru.

“Saat ini kami tengah mengembangkan portfolio layanan infrastruktur digital lengkap bagi operator. Termasuk dengan melakukan fibersisasi menara, mengaplikasikan infrastructure as a service sehingga kami bisa menyediakan jaringan IoT bagi pelanggan non-MNO, serta ekspansi ke penyediaan small cells sehingga bisa memberikan solusi infrastruktur untuk pemanfaatan 5G,” papar Teddy.

Menurutnya, dengan kemampuan pendanaan baik dari hasil IPO senilai lebih dari Rp 18 triliun, serta leverage dan biaya utang (cost of debt) terendah dibanding operator lainnya, Mitratel optimistis menyambut setiap peluang yang ada di tahun ini. Terakhir, Mitratel akan terus meningkatkan efisiensi belanja modal (capex) dan biaya operasional (opex) perusahaan sehingga bisa meningkatkan profitabilitas erta menambah arus kas.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button