Market

Modal Ekonomi Pas-pasan, Prof Didik: Indonesia Sulit Jadi Negara Industri

Senin, 18 Jul 2022 – 19:02 WIB

Modal Ekonomi Pas-pasan, Prof Didik: Indonesia Sulit Jadi Negara Industri

Ekonom senior, Prof Didik J Rachbini.

Ekonom senior Prof Didik J Rachbini kembali melontarkan kritik cerdasnya. Indonesia perlu segera terbangun dari mimpi menjadi negara industri. Yang realistis sajalah, modal pertumbuhan ekonomi Indonesia tak cukup.

Dalam diskusi bertajuk Ketahanan Indonesia di Tengah Ancaman Krisis, Jakarta, dikutip Senin (18/7/2022), Rektor Universitas Paramadina ini, mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam satu dekade ini, tak beranjak jauh dari level 5 persen.

“Dengan pertumbuhan ekonomi hampir satu dekade, seperti saat ini (5 persen), maka harapan Indonesia melakukan lompatan menjadi negara industri, menjadi sulit. Bahkan tidak akan terwujud,” ungkapnya.

Bagaimana dengan bonus demografi? Mantan Anggota DPR asal PAN asal Madura ini, menyayangkan. Pemerintah menyiaakan momentum bonus demografi, yang hanya datang sekali dalam sejarah suatu bangsa.

“Bonus demografi hilang, di mana stagnasi pendapagan menengah bawah akan menyimpan masalah besar, porsi kemiskinan penduduk akan cukup besar. Hal itu akan menjadi masalah dalam stabilitas sosial,” paparnya.

Dia bilang, Indonesia saat ini menjadi negara yang lembek dan mudah ‘sakit’. Pendapatgan per kapita cuma naik-turun di level 4 ribu dolar AS. Sementara, Korea Selatan yang setara pada 1970-an awal, sudah terbang dengan pendapatan per kapita 33 ribu dolar AS, dan Malaysia 12 ribu dolar AS per kapita.

“Indonesia yang sakit sangat sulit melompat dari negara berpendapatgan menengah, menjadi negara berpendapatan tinggi. Atau melewati batas 10 ribu dolar AS per kapita. Dalam pemerintahan saat ini, ekonomi mandeg di sini. Hampir 10 tahun, pendatapan per kapita kita hanya 4 ribu dolar AS, karena kepemimpinan dan kebijakan kita tidak memadai dan lemah.

Sebelumnya, Presiden Jokowi mengatakan, pemerintah telah memulai transformasi ekonomi besar-besaran. Merubah jati diri Indonesia menjadi negara industri.

Dia meyakini transformasi ini pasti tidak akan menyenangkan pihak-pihak yang gemar impor. “Kita harus menjadi negara ekonomi kuat dan mandiri, karena itu juga kita telah memulai proses transformasi ekonomi secara besar-besaran, mengubah jati diri sebagai negara pengekspor bahan mentah menjadi negara industri,” ujar Jokowi, Sabtu (26/3/2022).

Dia ingin Indonesia menjelma menjadi negara industri yang tangguh dan berwawasan lingkungan. Sehingga bisa membuka lapangan pekerjaan yang besar. Jokowi meyebut transformasi ekonomi ini akan menganggu negara lain yang selama ini menjadikan Indonesia pasar yang menguntungkan.

“Ini (transformasi ekonomi) tentu tidak menyenangkan bagi yang suka impor-impor karena semuanya dibuat di Indonesia,” katanya.

Lupakan Janji Jokowi Tumbuhkan Ekonomi 7 Persen

Pendiri Indef ini juga mengkritisi janji politik Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat berlum terpilih. Di mana, Jokowi klaim bisa membuat ekonomi Indonesia meroket hingga 7 persen. Dari rata-rata angka pertumbuhan yang 5 persen. “Lupakan janji presiden tentang pertumbuhan ekonomi 7 persen. Lupakan saja karena mustahil terwujud,” ungkapnya.

Untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi 5 persen pada saat ini, menurut Prof Didik, bukan lagi perkara mudah. Pengaruh krisis global akan berdampak dahsyat terhadap perekonomian Indonesia.

“Krisis global sudah memakan korban, Sri Lanka dan Pakitan. jadi, dalam dua periode pemerintahan ini, tidak tidak usah berharap ekonomi bisa tumbuh 7 persen seperti janji kampanye (Jokowi). Karena tidak akan sampai,” ungkapnya.

Prof Didik bisa jadi benar. Dalam keadaan tidak krisis saja atau ada pandemi COVID-19, yakni 2014-2019, pertumbuhan ekonomi tidak bisa seperti yang dijanjikan Jokowi. “Apalagi kalau sudah ada krisis dunia seperti saat ini,” ungkap Prof Didik.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button