Market

Model Pembangunan Gubernur Khofifah Kebut Indonesia Jadi Negara Maju

Pemerintahan Gubernur Khofifah Indar Parawansa berhasil menekan ketimpangan ekonomi warga Jawa Timur (Jatim). Bahkan lebih berhasil ketimbang Jawa Tengah. Model pembangunan Jatim dinilai bisa mempercepat Indonesia menjadi negara super maju.

Dalam kajian, Achmad Deni Daruri, President Directur Center for Banking Crisis (CBC) per Maret 2021. Angka gini ratio di Jawa Timur (Jatim) mencapai 0,374. Naik 0,010 ketimbang September 2020 sebesar 0,364. Dua tahun sebelumnya, angka gini ratio dapat dipertahankan tidak naik. Harap dicatat, angka gini ratio Jawa Timur, lebih rendah ketimbang angka gini ratio nasional. “Ini memperlihatkan pembangunan di Jawa Timur, lebih berkeadilan ketimbang Indonesia secara keseluruan,” papar Deni, Senin (7/2/2022)

Mungkin anda suka

Dia bilang, potret keberhasilan Gubernur Khofifah sangat layak dijadikan model pembangunan di Indonesia. Bandingkan dengan Jawa Tengah, tingkat ketimpangan ekonomi pada Maret 2021 diukur dengan gini ratio mencapai 0,372. Naik 0,013 poin jika dibandingkan dengan September 2020 sebesar 0,359.

“Begitu pula jika dibandingkan dengan gini ratio Maret 2020 sebesar 0,362, mengalami kenaikan. Artinya, terjadi kenaikan atas ketimpangan di Jawa Tengah, sebesar 0,013. Sementara Jawa Timur, gini ratio-nya lebih kecil yaitu 0,010. Dengan demikian proses pembangunan di Jawa Timur lebih berkeadilan, ketimbang Jawa Tengah,” paparnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), rasio gini DKI Jakarta berada di level 0,409 pada Maret 2021. Implikasinya proses pembangunan di DKI agak timpang. Dengan demikian sangatlah berbahaya jika model pembangunan Jakarta diterapkan di Indonesia.

Meratanya pembangunan di Jatim, kata Deni, tercipta karena kontribusi beberapa sektor yang sangat tinggi. Semisal, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur pada kuartal I 2021 mencapai Rp 587,32 triliun. Sebesar 30,94 persen kontribusinya berasal dari sektor industri.

Bandingkan secara nasional, kontribusi industri manufaktur terhadap PDB, pada triwulan III-2021, mencapai 17,33 persen. Artinya, kontribusi sektor manufaktor Indonesia (nasional) hanya separuh dari Jawa Timur. Sedangkan, Jakarta hanya 11 persen.

Dengan model pembangunan Jawa Timur, maka Indonesia dapat meniru Korea Selatan untuk mensejajarkan diri sebagai negara Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

“Manufaktur nilai tambah (% dari PDB) di Jerman dilaporkan sebesar 18,17% pada tahun 2020, menurut kumpulan indikator pembangunan Bank Dunia, yang dikumpulkan dari sumber yang diakui secara resmi. Artinya sudah jauh di bawah Jawa Timur,” papar Deni.

Sedankan pada Maret 2021, lanjut Deni, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia (nasional) yang diukur dari gini ratio mencapai 0,384. Turun 0,001 poin ketimbang September 2020 sebesar 0,385. Dan, meningkat 0,003 poin dibandingkan Maret 2020 sebesar 0,381.

Dari paparan tersebut, kepemimpinan Gubernur Khofifiah yang berhasil menjaga angka gini ratio Jatim per Maret 2021 sebesar 0,374, adalah yang terkecil.

“Ini memperlihatkan bahwa Khofifah sangat layak menjadi Presiden Indonesia, karena Angela Merkel saja kalah dalam meningkatkan konstribusi dari sektor manufakturnya,” imbuh Deni.

Lho kok dibandingkan dengan mantan pemimpin Jerman, Angela Merkel? Berdasarkan data Eurostat, koefisien gini dari pendapatan disposabel setara di Jerman, mencapai 34,40% pada Desember 2020. Secara historis, koefisien gini dari pendapatan disposabel yang setara mencapai rekor tertinggi yakni 34,40% pada Desember 2020. Dan, rekor terendah 28,30% pada Desember 2012.

Lalu bagaimana dengan China? Kata Deni, sektor manufaktur di negeri Tirai Bambu, memberikan nilai tambah (% dari PDB) sebesar 26,18% pada 2020. Itu berdasarkan kumpulan indikator pembangunan Bank Dunia, yang dikumpulkan dari sumber yang diakui secara resmi.

Di China, kata Deni, indeks Gini mencapai 51% pada 2018. Secara konsep pembangunan, sangatlah jelas bahwa pembangunan Jawa Timur yang dikomandani oleh Khofifah sudah mengalahkan China. “Khofifah Indar Parawangsa memang tidak mempunyai ambisi untuk menjadi presiden, karena sedang fokus membangun Jawa Timur,” tuturnya.

“Namun bangsa ini akan kehilangan momentum jika tidak pernah mengusulkan orang yang satu visi dan misi dengan Gusdur tersebut menjadi calon presiden, karena prestasinya yang luar biasa ini,” pungkasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button