News

Mohammed bin Nayef Kolega Amerika yang Dikudeta MbS

Perebutan kekuasaan di kerajaan Arab Saudi kembali muncul ke publik setelah Pangeran Mohammed bin Nayef terpental dari kursi Putra Mahkota. Bahkan kabar yang beredar saat ini mundurnya Nayef sebagai Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi ini tidak lepas dari isu suksesi garis keturunan Raja Salman bin Abdulaziz.

Mohammed bin Nayef sebelumnya naik menjadi Putra Mahkota pada 2015 lalu. Saat itu Raja Salman yang menunjuk langsung Nayef untuk mengisi jabatan paling strategis di Kerajaan Arab Saudi. Namun setelah itu keberadaan Nayef sempat menghilang dan akhirnya pada 2017 kemarin dia resmi menyatakan mundur dari posisi itu.

Mungkin anda suka

Selanjutnya posisi Putra Mahkota jatuh ke tangan anak Raja Salman yakni Mohammed bin Salman (MbS) yang sebelumnya menjadi wakilnya Nayef. Banyak spekulasi yang berkembang terkait mundurnya Nayef. Bahkan belakangan ini berkembang kuat jika saat telah terjadi kudeta di internal kerajaan. Motor yang mengendalikan kudeta itu tak lain adalah MbS yang saat itu menjabat sebagai Wakil Putra Mahkota.

Dalam upaya kudeta itu, Nayef kabarnya dipaksa untuk mundur oleh MbS. Bahkan dia sempat dikurung dalam sebuah ruangan khusus di Istana Raja Arab Saudi agar mau menandatangai surat pengunduran diri.

Selama masa kurungan itu, Nayef mendapatkan intimidasi dari orang-orang kepercayaannya MbS. Intimidasi yang akhirnya membuat Nayef menyerah adalah adanya ancaman pemerkosaan kepada keluarga Nayef jika dia tetap menolak mundur sebagai Putra Mahkota.

Pria kalahiran 1959 ini merupakan putra dari Pangeran Nayef bin Abdulaziz Al Saud yang merupakan pewaris dinasti Saud. Sosok Nayef sendiri sebenarnya bukan orang sembarangan, sebab dia merupakan tokoh penting dalam dunia politik dan keamanan Arab Saudi.

Manta Putra Mahkota yang Pro AS

Nayef selama menjabat di pemerintahan memang dikenal memiliki hubungan dengan dengan Amerika Serikat (AS). Isu yang berkembang di Timur Tengah ini menyebutkan bahwa Nayef adalah tokoh yang pro AS.

Mengutip dari Al Jazeera, Nayef merupakan mantan menteri dalam negeri Saudi sejak 2012 sebelum akhirnya lengser akibat pemberontakan besar-besaran oleh Raja Salman.

Pria berusia 63 tahun ini juga banyak mengenyam pendidikan di AS. Hal inilah yang membuat dia memiliki kedekatan dengan negeri Paman Sam tersebut. Nayef pernah menimba ilmu di Lewis & Clark College di Portland, Oregon, AS.

Selain itu pada 1980-an dia juga pernah belajar di Biro Investigasi Federal (FBI). Setelah itu dia juga mengambil kursus anti-terorisme di unit Scotland Yard Inggris pada awal 1990-an.

Nama Nayef mulai melambung ketika dia memimpin penindakan kelompok al-Qaeda di Saudi sekitar 2003-2007. Atas prestasinya tersebut membuat Badan Intelijen Pusat AS (CIA) pun sangat menghormatinya dan menyebut Nayef sebagai kunci dalam mengalahkan al-Qaeda.

Selamat Dari Upaya Percobaan Pembunuhan

Mantan putra mahkota ini juga pernah hampir tewas akibat upaya percobaan pembunuhan dari pihak al-Qaeda. Saat itu dia berencana akan bertemu dengan seorang anggota kelompok bersenja bernama Abdullah al-Asiri yang mengaku sudah bertobat. Namun hal itu adalah sebuah jebakan, sebab Abdullah ternyata ingin membunuhnya lewat aksi bunuh diri.

Namun upaya tersebut gagal membuat Nayef tewas karena dia berhasil selamat dari ledakan bom bunuh diri. Ledakan itu hanya membuatnya mengalami luka ringan di beberapa bagian tubuhnya.

Nayef juga berhasil memberantas kelompok al-Qaeda hingga 2010. Bahkan pada Oktober tahun tersebut dia berhasil menggagalkan upaya peledakan pesawat kargo FedEx dan UPS yang terbang dari Yaman ke Chicago.

Pada 2012, bin Nayef lalu menggantikan ayahnya sebagai menteri dalam negeri dan tiga tahun kemudian, dia diangkat menjadi wakil perdana menteri.

Setelah itu tepatnya 2017 dia mendapatkan penghargaan berupa medali dari direktur baru CIA atas kontribusinya dalam melaksanakan tugas kontraterorisme. Setelah itu, dia tak terdengar lagi kabarnya, dan pada Maret 2020 kembali mucul dengan kabar jika dia telah ditangkap oleh MbS atas tuduhan makar.

Namun tuduhan itu tidak jelas karena hingga saat ini tidak ada dakwaan resmi yang pengadilan jatuhkan kepada Mohammed bin Nayef. Banyak pihak menilai upaya penangkapan itu hanya untuk memuluskan suksesi MbS menjadi Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button