Sekitar 6.000 tahanan melarikan diri dari penjara keamanan tinggi di ibu kota Mozambik, Maputo. Sementara kekerasan pascapemilu yang telah berlangsung selama berminggu-minggu terus mengguncang negara Afrika Selatan itu.
Kepala polisi negara itu, Bernadino Rafael, kemarin mengatakan para tahanan melarikan diri dari Penjara Pusat Maputo pada Hari Natal, menyusul apa yang disebutnya sebagai pemberontakan. Setidaknya 33 tahanan tewas dan 15 lainnya cedera saat mereka berhadapan dengan pasukan keamanan ketika melarikan diri.
Para pejabat awalnya mengatakan 1.500 tahanan melarikan diri, tetapi merevisi jumlah tersebut pada hari Jumat (27/12/2024), mengutip kantor berita The Associated Press. Sementara menurut Plataforma Eleitoral Decide, sebuah kelompok pemantau pemilu, setidaknya 151 orang tewas dalam bentrokan antara demonstran dan pasukan keamanan sejak pemilu kontroversial 9 Oktober
Apa yang Terjadi di Mozambik?
Negara ini dilanda kerusuhan meluas dan penuh kekerasan yang meletus menyusul pemilu kontroversial pada 9 Oktober. Pemilu itu memperpanjang kekuasaan Partai Frelimo yang telah lama berkuasa dan memberikan kursi kepresidenan kepada kandidatnya Daniel Chapo dengan perolehan 65 persen suara.
Frelimo telah berkuasa sejak negara itu merdeka dari Portugal pada 1975, tetapi semakin kehilangan daya tariknya, terutama di kalangan anak muda, karena Mozambik mengalami kesulitan ekonomi dan kerusuhan tingkat tinggi di wilayah utara.
Calon dari pihak oposisi Venancio Mondlane, yang berada di posisi kedua dengan 24 persen suara, menolak dan secara hukum menentang hasil pemilu, seperti yang dilakukan kandidat oposisi lainnya. Pemantau pemilu, termasuk dari Asosiasi Uskup Katolik negara itu dan Uni Eropa, menuduh bahwa hasil pemilu telah diubah.
Kerusuhan pertama kali terjadi ketika dua anggota Podemos, partai yang mendukung Mondlane, dibunuh orang-orang bersenjata tak dikenal pada 19 Oktober. Para pendukung Mondlane, yang menyalahkan pemerintah, sejak saat itu turun ke jalan di berbagai kota di seluruh negeri, mendirikan blokade jalan dengan membakar ban, membakar kantor polisi dan kantor pemerintah, serta menyerang berbagai lokasi bisnis. Pasukan keamanan telah menindak secara brutal, melepaskan tembakan langsung ke arah demonstran.
Kekerasan baru terjadi minggu ini setelah pengadilan pemilihan umum tertinggi negara itu menegaskan kembali kemenangan Chapo. Mondlane meminta para pendukungnya untuk ‘menutup’ negara itu selama lima hari hingga Jumat.
Kerusuhan selama berminggu-minggu telah memengaruhi perekonomian negara tersebut dan mengurangi jumlah wisatawan mengunjungi pantai-pantai berpasir putih yang terkenal. Dana Moneter Internasional menurunkan tingkat pertumbuhan yang sebelumnya diperkirakan sebesar 5 persen menjadi 4,3 persen pada November.
Bagaimana Para Tahanan Bisa Bebas?
Ada laporan yang saling bertentangan tentang bagaimana tepatnya pemberontakan penjara dan apakah pengunjuk rasa dari luar terlibat. Kepala polisi Rafael mengatakan ada ‘agitasi’ oleh sekelompok pengunjuk rasa subversif di sekitar Penjara Pusat Maputo, sebuah fasilitas keamanan tinggi yang terletak 14 km (9 mil) barat daya Maputo.
“Mereka (para demonstran) ribut-ribut, menuntut agar para tahanan yang sedang menjalani hukuman di sana bisa dipindahtugaskan,” kata Rafael. Pejabat itu menambahkan bahwa para tahanan memanfaatkan kerusuhan tersebut untuk merobohkan tembok, sehingga beberapa orang dapat melarikan diri.
Beberapa tahanan kemudian mengalahkan penjaga penjara, merampas senapan AK-47 milik mereka dan mulai membebaskan tahanan lainnya, kata kepala penjara. Tidak jelas apakah para demonstran juga menerobos masuk ke dalam penjara dan membantu beberapa tahanan keluar dari fasilitas tersebut.
Rekaman video yang dibagikan di X menunjukkan momen ketika ratusan narapidana tampak mendorong gerbang tinggi di penjara dan melarikan diri. Beberapa analis mengatakan bahwa tahanan yang melarikan diri kemungkinan memanfaatkan lebih sedikit pengamanan yang menjaga fasilitas tersebut selama libur Natal, dibandingkan dengan hari kerja biasa.
Rafael mengatakan ada 29 teroris di antara para pelarian itu, merujuk pada anggota kelompok bersenjata al-Shabab yang telah melancarkan perang di Provinsi Cabo Delgado di utara negara itu sejak 2017 dengan harapan mendirikan negara Islam. Konflik itu telah menewaskan lebih dari 33.000 orang dan menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi.
Komandan polisi mengatakan petugas berhasil menangkap kembali 150 tahanan. Video yang dibagikan di X menunjukkan puluhan tahanan berlari melewati apa yang tampak seperti lingkungan perumahan, mengangkat tangan dan merayakan kebebasannya sambil berlari.
Banyak tahanan yang lari ke rumah-rumah acak untuk bersembunyi dari pihak berwenang, tetapi polisi yang menenteng senjata mengikuti dan berhasil menangkap beberapa dari mereka, menurut video yang beredar di media sosial.
Dalam rekaman video, seorang narapidana yang masih diborgol di pergelangan tangan kanannya mengatakan kepada pihak berwenang bahwa ia ditahan di bagian disiplin penjara dan bahwa ia dibebaskan oleh narapidana lain.