MUI-DPR Apresiasi Langkah Trenggalek Berdayakan Kantin Sekolah untuk Program MBG


Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi prioritas Presiden Prabowo Subianto, mulai diimplementasikan di Kabupaten Trenggalek dengan pendekatan yang melibatkan berbagai pihak. Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin atau yang akrab disapa Mas Ipin, menegaskan bahwa program ini harus menjadi berkah bagi semua, termasuk pelaku usaha kecil di sekitar sekolah.

Alih-alih membangun dapur umum, Mas Ipin memilih memberdayakan kantin-kantin sekolah untuk menyediakan makan siang bergizi. 

“Yang penting SDM-nya dikuatkan, kemudian keliling untuk mengajari kantin-kantin sekolah agar bisa menyediakan menu yang sesuai standar. Harapannya, tidak ada lagi berita ibu kantin menangis karena omzetnya turun,” ujar Mas Ipin saat ujicoba makan siang bergizi di Desa Wonokerto, Kecamatan Suruh, Trenggalek, dikutip dari Antara,  Kamis (30/1/2025).

Pengamat Sosial Ekonomi dan Keagamaan yang juga menjabat Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas, turut memberikan apresiasi terhadap langkah Pemerintah Kabupaten Trenggalek. Menurutnya, kebijakan tersebut sejalan dengan semangat pemberdayaan ekonomi rakyat kecil, terutama para pelaku usaha mikro dan ultra mikro yang kerap bergantung pada aktivitas di lingkungan sekolah.

“Hebat orang Trenggalek. Salut” ungkapnya kepada inilah.com, Senin (3/2).

Senada dengan Buya Abbas, Anggota DPR RI, Novita Hardini juga memuji langkah penyelenggaraan makan bergizi gratis (MBG) walaupun tanpa dukungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

“Dengan begitu, program makan bergizi gratis menjadi efisien, kemudian sasarannya lebih banyak, anak-anak yang dibantu dan merasakan program manfaatnya juga lebih banyak, namun tidak membebankan postur-postur APBN yang terlalu besar,” terang Novita.

“Mungkin saja Kabupaten Trenggalek bisa menjadi rujukan untuk bisa dicontoh secara nasional,” lanjut Novita.

Seperti diketahui untuk mendukung ketersediaan bahan pangan bergizi, Sekolah juga menggandeng petani lokal. Selain itu, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) juga dilibatkan untuk memanfaatkan pekarangan sekolah sebagai lahan tanam sayuran. Konsep ini tidak hanya menghemat anggaran tetapi juga mendorong kemandirian pangan di lingkungan sekolah.

“Dengan model ini, anggaran Rp10 ribu per porsi insya Allah cukup untuk menyediakan makanan bergizi,” kata Mas Ipin optimistis.

Siswa Bawa Alat Makan Sendiri, Hemat Anggaran dan Ramah Lingkungan

Dalam upaya mendukung efisiensi anggaran dan menjaga lingkungan, Mas Ipin mewajibkan siswa untuk membawa alat makan sendiri dari rumah. Langkah ini dinilai efektif untuk mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai, sekaligus mengalihkan anggaran pembelian kemasan ke peningkatan kualitas lauk pauk.

“Dengan membawa alat makan sendiri, alokasi dana yang sebelumnya untuk kemasan bisa digunakan untuk menambah kualitas gizi makanan siswa,” jelasnya.

Kelola Limbah dengan Komposter di Setiap Sekolah

Tidak hanya fokus pada aspek gizi, Mas Ipin juga menginstruksikan agar setiap sekolah memiliki pengolahan limbah makanan atau komposter. Hasil kompos nantinya dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman pangan lokal di sekolah.

“Dengan adanya pengolahan limbah ini, kita bisa menciptakan ekosistem yang berkelanjutan, mulai dari produksi, konsumsi, hingga pengelolaan sampahnya,” tambah Mas Ipin.

Mas Ipin berharap konsep yang diterapkan di Trenggalek ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain dalam menyelenggarakan program MBG. 

“Rasanya ini nanti akan bisa jadi prototipe yang baik untuk penyelenggaraan demi tercapainya prioritas Presiden Prabowo yaitu makan bergizi gratis,” pungkasnya.