Market

Dua Tantangan Investasi Pasar Modal: Literasi Rendah dan Investasi Bodong

Rendahnya tingkat literasi dan maraknya investasi bodong menjadi dua tantangan utama berinvestasi di pasar modal. Dua hal tersebut membuat kepercayaan kepada pasar modal pun terganggu.

Untuk itu, aplikasi investasi reksa dana dan surat berharga negara (SBN) untuk pemula, Bibit.id mengajak masyarakat berinvestasi di platform yang berizin dan diawasi regulator.

“Bibit senantiasa mengajak dan mengingatkan masyarakat Indonesia untuk hanya berinvestasi di platform yang telah berizin dan diawasi oleh regulator di sektor jasa keuangan, misalnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” ujar Head of Digital Marketing Bibit Angie Anandita Tjhatra dalam keterangan di Jakarta, Minggu (3/4/2022).

Dia juga mengajak masyarakat mengambil keputusan investasi secara bijaksana dan tidak trauma terhadap investasi.

Angie menyampaikan bahwa sedikitnya dua tantangan utama yang dihadapi oleh Bibit dalam misinya mengajak masyarakat Indonesia untuk berinvestasi di pasar modal.

Pertama adalah masih rendahnya tingkat literasi keuangan masyarakat. Meskipun berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan tingkat inklusi keuangan masyarakat Indonesia pada 2019 telah mencapai 76,19 persen, namun tingkat literasi keuangannya masih 38,03 persen.

Menyikapi hal ini, pada 2021 Bibit telah mengadakan lebih dari 80 sesi edukasi secara gratis kepada publik. Pada 2022, upaya-upaya serupa akan dilanjutkan dan digencarkan dengan cara bermitra dengan berbagai organisasi seperti lembaga pendidikan, pelaku industri di sektor jasa keuangan, media massa, komunitas profesi, komunitas hobi, dan lembaga nonprofit.

Tantangan kedua adalah maraknya praktik investasi bodong yang berdampak pada kepercayaan masyarakat terhadap produk investasi.

Rugikan Masyarakat Rp117 Triliun

Mengacu pada data yang disampaikan oleh Satgas Waspada Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), praktik-praktik investasi bodong telah merugikan masyarakat Indonesia hingga Rp117,4 triliun dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

Sebagai ilustrasi, apabila uang tersebut dibagikan secara merata kepada 270 juta penduduk Indonesia, maka setiap orang akan mendapatkan sekitar Rp435 ribu.

“Menghadirkan fitur-fitur yang relevan dan menarik serta menggencarkan upaya edukasi publik merupakan dua komponen yang tidak terpisahkan,” kata Angie.

Sebagai aplikasi investasi yang didominasi generasi milenial di 500 kota Indonesia, Bibit menyadari arti pentingnya upaya-upaya digital marketing yang menarik, bermanfaat, namun juga terukur.

Menurut Angie, kebanyakan pengguna Bibit adalah investor pemula berusia 18-35 tahun yang berasal dari kalangan pelajar, fresh graduate, ibu rumah tangga, pekerja kantoran serta orangtua muda, yang mana para pengguna ini tergolong sebagai digital native yang mendambakan kemudahan dan kecepatan dalam beraktivitas, termasuk dalam berinvestasi.

“Di samping berbagai inisiatif digital marketing, Bibit juga terus berinovasi dalam menghadirkan fitur-fitur yang relevan dan solutif terhadap kebutuhan pengguna,” katanya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button