Ronde pertama berlalu dengan ketegangan yang belum mereda. Memasuki ronde ketiga, atmosfer berubah. Gadzhimagomedov, dengan insting tajam, membaca pola serangan Zhang. Ia mulai melancarkan kombinasi pukulan straight dan uppercut yang menghantam tepat sasaran. Debam sarung tinjunya bertemu rahang Zhang, mengundang sorak sorai penonton.
Udara di arena IBA Coliseum, Serpukhov, Rusia, pada 12 Juli 2024 itu terasa berat, seolah menahan napas bersama ribuan pasang mata yang tertuju pada dua sosok di atas ring. Lampu yang menyorot Muslim Gadzhimagomedov memantulkan kilat dari badan yang berkeringat, meruapkan asap tipis dari air tubuh yang membanjir menguap. Ada aura dramatis tercipta di sekitar petinju asal Dagestan yang berdiri tegap di sudut biru, yang dengan sorot mata tajamnya menembus jantung keberanian sang lawan, Zhaoxin Zhang.
Dentang bel ronde pertama memecah keheningan yang menegangkan itu, membuka babak dari sebuah pertarungan yang kelak menjadi salah satu momen paling epik dalam sejarah karier Gadzhimagomedov—Gadzhi Muhammad dalam penuturan kita.
Zhang, petinju bertubuh kokoh dari Tiongkok, merangsek dengan agresif. Pukulan hook kirinya yang terayun, hampir mendarat sempurna. Namun, yang dihadapinya adalah Gadzhimagomedov, yang menunjukkan ketenangan luar biasa. Gadzhi menghindar dengan lincah, memanfaatkan footwork yang presisi, seolah menari di atas kanvas. Setiap langkahnya penuh perhitungan, mengukur jarak dengan cermat, menjaga keseimbangan meski dihujani serangan bertubi-tubi.
Ronde pertama berlalu dengan ketegangan yang belum mereda. Memasuki ronde ketiga, atmosfer berubah. Gadzhimagomedov, dengan insting tajam, membaca pola serangan Zhang. Ia mulai melancarkan kombinasi pukulan straight dan uppercut yang menghantam tepat sasaran. Debam sarung tinjunya bertemu rahang Zhang, mengundang sorak sorai penonton.
Di ronde keempat, segalanya memuncak. Zhang terlihat goyah, langkahnya mulai tidak stabil. Gadzhimagomedov menghujani dengan pukulan bertubi-tubi, membuat wasit terpaksa menghentikan pertandingan demi keselamatan Zhang. TKO yang dramatis ini tidak hanya memberinya sabuk juara WBA Bridgerweight, tetapi juga sebuah Mercedes AMG GT sebagai hadiah dari sponsor. “Saya tahu ini adalah momen saya. Semua latihan keras terbayar malam ini,” ujar Gadzhimagomedov, pada wawancara usai pertarungan.
Petarung Dagestan
Muslim Gamzatovich Gadzhimagomedov lahir pada 14 Januari 1997 di Nitilsukh, Dagestan, Rusia, wilayah yang dikenal sebagai lumbung petarung tangguh. Sejak kecil, Gadzhimagomedov telah menunjukkan semangat kompetitif yang tinggi.
“Di Dagestan, kami tumbuh dalam budaya persaingan sehat, baik di olahraga maupun kehidupan sehari-hari,” katanya dalam sebuah wawancara pasca-kemenangan di Kejuaraan Dunia 2019 di Yekaterinburg. Kala itu, Gadzhimagomedov meraih medali emas setelah mengalahkan Julio Castillo dari Ekuador dengan skor mutlak 5-0.
Gadzhimagomedov bukan hanya sekadar petinju dengan bakat alami, tetapi juga seorang pekerja keras. Masa kecilnya di Dagestan diwarnai dengan latihan keras di bawah bimbingan pelatih lokal yang mengenalkan disiplin dan dedikasi. Ia sering berbagi cerita tentang bagaimana ia harus berlatih di suhu ekstrem, melintasi jalanan bersalju untuk mencapai gym kecil di desanya. “Setiap tetes keringat di masa kecil saya adalah fondasi untuk kemenangan saya hari ini,” kata dia, mengenang.
Kariernya terus menanjak ketika ia tampil di Olimpiade Tokyo 2020. Di final, ia berhadapan dengan petinju Kuba, Julio César La Cruz. Meskipun kalah dengan skor 5-0, medali perak tersebut menjadi bukti dedikasi dan konsistensinya di dunia tinju internasional. “Kekalahan di Tokyo adalah pelajaran berharga. Saya belajar untuk tidak hanya mengandalkan fisik, tetapi juga strategi,” ujarnya mengenang. Kekalahan tersebut justru menjadi bahan bakar semangatnya untuk terus berkembang, membawanya menuju dunia tinju profesional dengan tekad yang lebih kuat.
Berbekal pengalaman di level amatir, Gadzhimagomedov beralih ke tinju profesional pada 24 Desember 2021. Debutnya melawan Deibis Berrocal berakhir dengan kemenangan KO di ronde kedua. “Saat pertama kali masuk ke ring profesional, saya tahu ini adalah dunia yang berbeda. Tapi saya siap,” katanya saat itu. Sejak debut tersebut, ia terus menunjukkan performa gemilang di setiap pertarungan, memadukan kekuatan pukulan dengan kecerdasan strategi di atas ring.
Setelah memenangkan gelar WBA Bridgerweight di Serpukhov, ia melakukan pertahanan gelar pertamanya melawan Leon Harth pada 17 Oktober 2024 di Ufa, Rusia. Dalam pertandingan tersebut, Gadzhimagomedov menunjukkan keunggulannya dan memenangkan pertandingan dengan keputusan mutlak dari para juri. Dominasi yang ditunjukkan Gadzhimagomedov di ring bukan semata-mata karena fisiknya yang kuat, melainkan juga karena persiapannya yang matang. Ia dikenal sebagai petinju yang disiplin dalam latihan, menjaga pola makan, dan melakukan analisis mendalam terhadap gaya bertarung lawan-lawannya.
Pada 31 Januari 2025, ia kembali naik ring untuk menghadapi Thabiso Mchunu dari Afrika Selatan di International Boxing Center, Moskow. Dalam pertandingan non-gelar yang berlangsung selama 10 ronde penuh, Gadzhimagomedov mendominasi dan meraih kemenangan dengan keputusan mutlak, dengan skor 100-90, 100-90, dan 100-91 dari para juri. Setelah pertandingan, ia menyatakan, “Saya merasa nyaman di ring, dengan keunggulan dalam footwork dan kecepatan. Saya mengontrol pertarungan dari awal hingga akhir.”
Perjalanan kariernya bukan tanpa tantangan. Latihan keras, disiplin ketat, dan mental baja menjadi bagian dari rutinitas hariannya. Ia dikenal sering menghabiskan berjam-jam di gym, mengasah teknik, meningkatkan stamina, dan memperkuat mental. “Saya percaya, kemenangan adalah hasil dari kerja keras yang konsisten, bukan keberuntungan semata,” ujar Gadzhimagomedov dalam sebuah sesi wawancara dengan IBA Sports. Dedikasinya terhadap tinju juga tercermin dari bagaimana ia mempersiapkan diri sebelum pertandingan. Gadzhi kerap menghabiskan waktu untuk menganalisis rekaman pertandingan lawan, mencari celah yang bisa dimanfaatkan di atas ring.
Dalam kehidupan pribadi, Gadzhimagomedov dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan dekat dengan keluarganya. Ia sering berbicara tentang bagaimana dukungan keluarganya, terutama ayahnya, menjadi motivasi utama dalam setiap pertarungannya. “Ayah saya selalu mengatakan bahwa tidak ada jalan pintas menuju kesuksesan. Saya membawa kata-katanya itu ke setiap sudut ring,” katanya.
Kini, dengan gelar juara dunia di tangannya, dunia menantikan langkah berikutnya dari petinju bertangan besi asal Dagestan ini. Gadzhimagomedov telah membuktikan bahwa dengan kerja keras, dedikasi, dan semangat pantang menyerah, mimpi besar bisa diwujudkan. Ia bukan hanya juara di atas ring, tetapi juga inspirasi bagi generasi muda yang bermimpi menaklukkan dunia melalui disiplin dan kerja keras. []