Arena

Napas Terakhir Belanda Menghidupkan Total Football

Total Football yang menjadi ciri khas Belanda seolah hilang belakangan ini. Untuk itu laga pamungkas Grup A melawan Qatar terasa seperti napas terakhir bagi Belanda.  Tanpa gaya bermain mengalir itu, “Si Oranye” mustahil bisa melangkah jauh pada Piala Dunia Qatar 2022.

Belanda siap menantang tim tuan rumah Qatar di Stadion Al Bayt, Kota Al Khor, pada Selasa (28/11/2022) pukul 22:00 WIB. Mereka hanya butuh hasil imbang untuk lolos ke 16 besar. Meskipun begitu, tim asuhan pelatih van Gaal itu bertekad mencuri kemenangan demi finis sebagai juara grup.

Jika di peringkat kedua, Virgil van Dijk dan rekan-rekan akan menghadapi juara Grup B yang kemungkinan diraih Inggris. Mereka butuh banyak gol karena memiliki poin sama dengan Ekuador (empat poin). Selisih gol menjadi penentu andai kedua tim menang.

Van Gaal ingin performa timnya membaik. Pelatih berusia 71 tahun itu kecewa dengan penampilan timnya pada dua laga pertama. Jika lolos grup dengan performa serupa, mereka hanya sebatas menunda waktu tersingkir dari turnamen.

“Jika ingin menjadi juara dunia, kami harus banyak berkembang karena kualitas lawan yang belum kami hadapi berada di level yang jauh lebih tinggi. Kami buruk dalam penguasaan bola dan banyak kalah dalam perebutan bola. Itu bukan pertanda bagus,” kata van Gaal.

Gettyimages 1245166524 612x612 - inilah.com
Gettyimages

Statistik Belanda

Si Oranye hanya menghasilkan rerata enam tembakan per laga, atau paling sedikit di grup. Qatar yang sudah dipastikan tidak lolos grup, bahkan mencatat rata-rata tembakan 7,5 kali. Adapun tiga gol Belanda berawal dari total empat tembakan ke gawang selama turnamen.

Statistik itu mengkhawatirkan karena gaya bermain mereka jauh dari yang diharapkan. Penguasaan bola biasanya menjadi fondasi permainan van Gaal dengan formasi 3-5-2. Namun, mereka hanya mencatat penguasaan bola tidak terlalu dominan, 52,6 persen.

Mirisnya, penguasaan bola lebih banyak di separuh lapangan sendiri. Belanda kurang progresif karena pergerakan pemain sangat minim. Permainan mereka tidak mengalir. Dua bek sayap yang seharusnya menjadi titik awal serangan, Daley Blind dan Denzel Dumfries, kurang berkontribusi.

Bagi Si Oranye, Qatar menjadi lawan paling tepat untuk mengembalikan kepercayaan diri mereka. Tim tuan rumah kalah beruntun dalam dua laga dan kemasukan lima gol. Qatar baru mencetak satu gol karena lebih banyak fokus bertahan.

Pelatih Qatar Felix Sanchez Bas percaya anak asuhnya bisa bangkit pada laga terakhir. Mereka tidak akan membiarkan persiapan 12 tahun berakhir tanpa kebanggaan. Jika kalah lagi, “Si Marun” akan menjadi tuan rumah pertama yang kalah pada tiga laga babak grup.

“Kami ingin lebih kompetitif saat bertemu Belanda. Kami tidak bisa melewatkan begitu saja peluang bertemu dengan tim besar seperti Belanda. Jadi kami berencana untuk tampil sebaik mungkin,” ujar Sanchez.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button