Hangout

Ngeri! Narkoba Zombie AS Efeknya Jaringan Bisa Membusuk dan Amputasi

Amerika Serikat harus berhadapan dengan zombie baru yang banyak merebak di negara itu. Dunia pun ikut khawatir mengingat efek dari zombie baru yang ternyata sejenis narkoba itu sangat mengerikan. Efeknya bisa membuat jaringan manusia membusuk bahkan terpaksa diamputasi.

Badan Penegakan Narkoba (DEA) Amerika Serikat sudah memperingatkan masyarakat tentang peningkatan tajam perdagangan fentanyl yang dicampur dengan xylazine. Xylazine, juga dikenal sebagai ‘Tranq’, yakni obat penenang yang kuat yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) AS untuk penggunaan hewan.

“Xylazine membuat ancaman obat paling mematikan yang pernah dihadapi negara kita, fentanyl, bahkan lebih mematikan,” kata Anne Milgram, Kepala DEA, mengutip situs resmi DEA. “DEA telah menyita campuran xylazine dan fentanyl di 48 dari 50 negara bagian. Sistem Laboratorium DEA melaporkan bahwa pada tahun 2022 sekitar 23 persen bubuk fentanil dan 7 persen pil fentanil yang disita oleh DEA ​​mengandung xylazine.”

Fentanyl adalah obat pereda nyeri atau opioid yang sangat kuat, bahkan lebih kuat bahkan kira-kira 100 kali lebih kuat dibandingkan morfin, dan 50 kali lebih kuat dibandingkan heroin. Obat ini biasanya digunakan untuk nyeri akut yang disebabkan oleh trauma besar atau pembedahan.

DEA menuding keturunan mafia Meksiko El Chapo bertanggung jawab atas masuknya secara besar-besaran fentanyl opioid sintetik ke Amerika Serikat. “Biarkan saya jelaskan bahwa Chapitos memelopori pembuatan dan perdagangan obat paling mematikan yang pernah dihadapi negara kita,” kata Anne Milgram.

Kartel Sinaloa dan Kartel Jalisco di Meksiko, menggunakan bahan kimia yang sebagian besar bersumber dari China, terutama bertanggung jawab atas sebagian besar fentanil yang diperdagangkan di masyarakat di seluruh Amerika Serikat.

Obat bius untuk hewan

Fentanyl biasanya dicampur dengan xylazine yang merupakan obat non-opioid yang digunakan sebagai obat penenang dan pelemas otot dalam kedokteran hewan. Obat ini biasanya digunakan untuk membius hewan ternak seperti kuda. Sehingga penggunaannya untuk manusia tidak diperbolehkan.

Meskipun hampir digunakan, namun Xylazine dilarang penggunaannya untuk manusia. Kemudian pada 1962 obat ini resmi digunakan sebagai obat bius untuk prosedur kedokteran hewan.

Peredaran narkoba xylazine ini pun banyak ditemui karena murah dan menimbulkan efek teler yang lebih tinggi ketimbang narkoba biasa. Harga di setiap campuran narkoba zombie ini pun diprediksi hanya ratusan ribu saja. Bahkan ada yang menjualnya di bawah US$10 atau sekitar Rp150 ribu ditambah dengan xylazine seharga US$5 atau sekitar Rp75.000.

Campuran obat xylazine dan fentanyl menempatkan pengguna pada risiko lebih tinggi menderita keracunan obat yang fatal. Orang yang menyuntikkan campuran obat yang mengandung xylazine saja dapat mengalami luka parah, termasuk nekrosis—pembusukan jaringan manusia—yang dapat menyebabkan amputasi.

Tidak ada yang memperdebatkan risiko kematian fentanyl, yang 50 kali lebih kuat dari heroin. Overdosis obat, sebagian besar terkait fentanyl, sekarang membunuh lebih dari 100.000 orang per tahun di AS.

Otoritas resmi dari New York, AS, mengutip NY Post, telah mengeluarkan peringatan bahaya atas narkoba jenis ini yang bisa menggerogoti pecandunya. Biasanya, pengguna narkoba jenis ini mencampurkan xylazine selain dengan fentanyl, juga dengan heroin dan kokain.

Efek yang dihasilkan pun sangat berbahaya. Bahkan tak sedikit dari mereka yang akan memiliki efek kelainan kulit yakni memiliki luka terbuka disekujur tubuhnya. Selain efek kulit yang parah, xylazine menciptakan efek high (teler) yang lebih intens dan tahan lama. Dalam kasus yang sangat parah, otot penggunanya diklaim bisa mengalami pembusukan.

Sebelumnya mengutip YouTube KTLA 5, Pejabat Los Angeles County Sheriff mengatakan bahwa narkoba jenis ini dapat diolah menjadi bentuk bubuk dan dicampur dengan opioid terlarang hingga akhirnya menimbulkan efek tertentu. Obat ini membuat orang berhenti bernapas. Selain itu, kandungan yang menyertai xylazine adalah vasokonstriktor. Jadi saat pengguna menyuntikkan obat tersebut, sebenarnya berefek mengurangi sirkulasi darah.

Menurut CDC, sebanyak 107.735 orang Amerika meninggal antara Agustus 2021 dan Agustus 2022 akibat keracunan obat, dengan 66 persen kematian tersebut melibatkan opioid sintetik seperti fentanyl.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kematian akibat narkoba jenis ini terus mengalami peningkatan. Menyebar ke arah barat di seluruh Amerika Serikat, rata-rata penggunanya mengalami gagal jantung, sulit bernapas, hingga overdosis.

Dari 2015 hingga 2020, persentase semua kematian akibat overdosis obat yang melibatkan xylazine meningkat dari 2 persen menjadi 26 persen di Pennsylvania. Selain itu, xylazine juga terlibat dalam 19 persen dari semua kematian akibat overdosis obat di Maryland pada 2021 dan 10 persen di Connecticut pada 2020.

Uniknya, mengutip Aljazeera, krisis fentanyl dengan xylazine secara tidak proporsional melanda orang miskin. Sebuah artikel tahun 2020 yang diterbitkan di situs National Library of Medicine menemukan bahwa orang yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki risiko overdosis opioid yang fatal.

Kelompok sosial ekonomi yang berisiko juga termasuk tahanan yang baru dibebaskan, serta orang-orang dengan perumahan yang tidak aman atau tidak memiliki asuransi kesehatan. Artikel tersebut mencatat: “Perampasan ekonomi merupakan faktor risiko overdosis opioid di Amerika Serikat dan berkontribusi pada pola penurunan harapan hidup yang berbeda dari kebanyakan negara maju.”

Sementara menurut majalah Scientific American, tingkat kematian akibat overdosis secara keseluruhan untuk orang kulit hitam di AS pertama kali melampaui tingkat kematian orang kulit putih pada tahun 2019, dengan proliferasi fentanil menghasilkan fenomena itu. “Pria kulit hitam berusia di atas 55 tahun yang bertahan selama beberapa dekade dengan kecanduan heroin meninggal pada tingkat empat kali lebih besar daripada orang dari ras lain dalam kelompok usia tersebut.”

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button