Noa Argamani, Sandera Hamas yang Telah Bebas: Saya Terluka Oleh Serangan Israel, Bukan Karena Hamas


Noa Argamani, seorang wanita Israel yang telah bebas dari penahanannya di Gaza pada Juni lalu, mengatakan bahwa cedera yang dialaminya disebabkan oleh serangan udara Israel selama operasi penyelamatan, bukan karena penyiksaan Hamas. Argamani menyatakan hal itu di Tokyo, Jumat (23/8).

Sebelumnya Argamani telah berbicara kepada para diplomat dari negara-negara G7 di Tokyo, Rabu (21/8) lalu. Saat itu Argamani menjelaskan penderitaannya setelah ditangkap kelompok bersenjata Palestina itu, selama serangan 7 Oktober 2023.

Namun, dua hari kemudian, dia mengeluarkan pernyataan di Instagram, mengatakan bahwa beberapa pernyataannya telah dikutip secara salah oleh media massa, dan diambil di luar konteks.

Berlawanan dengan beberapa laporan media Israel, Argamani menjelaskan bahwa dia tidak dipukuli atau dicukur rambut oleh pejuang Palestina. “Saya tidak bisa mengabaikan apa yang terjadi di sini selama 24 jam terakhir, di mana kata-kata saya diambil di luar konteks,” tulisnya, merujuk pada liputan media Israel tentang pidatonya di Tokyo.

“Anggota Hamas tidak memukul saya saat saya ditahan, dan mereka juga tidak memotong rambut saya. Saya terluka oleh runtuhnya dinding yang disebabkan seorang pilot Angkatan Udara Israel,” kata dia. “Sebagai korban 7 Oktober, saya menolak untuk dikorbankan lagi oleh media.”

Argamani, 26, adalah salah satu dari empat sandera Israel yang diselamatkan dalam serangan Israel di kamp pengungsi Nuseirat dan Deir al-Balah di Gaza pada bulan Juni, yang menyebabkan setidaknya 236 warga Palestina tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Dalam kesaksiannya, Kamis lalu, Argamani mengatakan bahwa fakta bahwa ia bertahan hidup adalah “keajaiban”. “Ini adalah keajaiban karena saya selamat pada 7 Oktober, saya selamat dari pengeboman ini, dan saya juga selamat saat penyelamatan.”

Argamani menekankan bahwa pembebasan sandera Israel yang masih tersisa harus menjadi prioritas utama bagi pemerintahnya.

Pacarnya, Avinatan Or, masih ditahan oleh Hamas, termasuk di antara 105 orang yang diyakini ditahan di Gaza. Itu termasuk 34 orang yang dilaporkan militer Israel sudah meninggal.

“Avinatan, pacar saya, masih di sana, dan kita harus membawa mereka kembali sebelum terlambat. Kami tidak ingin kehilangan lebih banyak orang dari apa yang sudah hilang dari kita, ” kata Argamani.

Berbicara kepada Middle East Eye setelah penculikannya, ayah Argamani berdoa untuk perdamaian dan akhir dari penderitaan, baik para sandera maupun warga Palestina di Gaza. “Kita harus menghentikan pembunuhan di antara kita dan mereka, agar bisa ada perdamaian nyata antara kedua negara ini, sekali untuk selamanya,” kata ayah Argamani, tak lama setelah serangan 7 Oktober. [Middle East Eye]