OpenAI Dinilai Manfaatkan Celah Hukum Jepang untuk Bebas Gunakan Gaya Ghibli


Insinyur perangkat lunak dan penulis PragmaticEngineer.com, Gergely Orosz, mencermati alasan di balik pilihan OpenAI menampilkan gambar ala Studio Ghibli dalam peluncuran fitur image generator GPT-4o, alih-alih meniru gaya Disney atau Marvel. 

Menurutnya, keputusan itu bukan kebetulan, melainkan strategi memanfaatkan celah hukum dari regulasi AI di Jepang.

“Gaya khas Studio Ghibli dipilih bukan karena estetika semata. Jepang satu-satunya negara besar yang melegalkan pelatihan AI menggunakan karya berhak cipta. Jadi OpenAI bisa pakai gaya itu tanpa risiko gugatan,” tulis Orosz dikutip inilah.com dari akun X/twitternya.

Jepang Longgarkan Perlindungan, AI Global Menyerbu

Jepang saat ini memang menempuh jalur berbeda dari banyak negara dalam soal hak cipta dan AI. 

Regulasi terbarunya memungkinkan model AI dilatih dan mereproduksi karya berhak cipta tanpa izin, termasuk karya visual seperti film, ilustrasi, dan anime.

GnByBj_XQAAcxFe.jpeg

Orosz menilai, hal ini menciptakan insentif menyimpang, di mana kreator di Jepang akan lebih sering disalin daripada dihargai. Sebaliknya, di negara lain seperti Amerika Serikat atau Uni Eropa, hukum memungkinkan kreator untuk menggugat penggunaan karyanya oleh AI secara komersial.

“Para seniman Jepang membuat gaya unik dan khas, tapi malah jadi sasaran empuk model AI karena mereka tak bisa menuntut. Ini jelas tidak adil,” ujar Orosz.

Ghibli Jadi Simbol Tren, Tapi Penuh Kontroversi

Orosz mencatat bahwa gambar pertama yang ditampilkan oleh tim OpenAI dalam livestream GPT-4o adalah gaya Ghibli. Menurutnya, pilihan itu bukan spontan atau artistik semata, melainkan keputusan yang sudah diperhitungkan dalam skrip peluncuran.

Ia menyebut hal ini sebagai contoh nyata bagaimana AI komersial mulai mengandalkan negara-negara dengan regulasi longgar untuk membangun model-modelnya, meskipun dengan mengorbankan hak moral dan ekonomi seniman lokal.

“Ini menunjukkan arah baru industri AI: yang dilindungi akan dihargai, yang tidak – akan dieksploitasi,” pungkasnya.

Pernyataan Orosz menambah sorotan terhadap isu etika dan hak cipta dalam perkembangan pesat AI generatif. Dan dengan tren gambar Ghibli terus meledak di media sosial, dunia kini tengah menyaksikan perbenturan antara kebebasan teknologi dan perlindungan kreator.