Hangout

Operasi Bariatrik untuk Tubuh Langsing, Kenali Manfaat dan Risikonya

Operasi bypass lambung atau bariatrik menjadi tren untuk mendapatkan berat badan yang ideal. Musisi dan penyanyi Melly Goeslaw menyatakan dirinya akan menjalani operasi bariatrik ini. Bagaimana keamanan operasi ini dan apakah setiap orang yang mengalami kegemukan bisa melakukannya?

Dalam postingan di akun Instagram pribadinya, Melly terlihat sedang memeluk dan mencium suaminya Anto Hoed sebelum menjalani operasi di rumah sakit. “Bismillah aku mau membagikan momen bahagiaku, salah satu langkah besar di hidupku, yang ternyata sangat menyenangkan. Aku melakukan ‘bariatrik’, teman-teman silakan di-browsing ya apa itu bariatrik, aku pasti akan share juga nanti operasinya, dan semua perjalanan ke depannya mencapai tubuh ideal dan sehat pastinya,” tulisnya.

Postingan itu membuat banyak orang penasaran tentang operasi bariatrik. Operasi bariatrik sebenarnya bukan teknik baru untuk membuat badan lebih langsing. Teknik ini sudah lama dipakai sebagai tindakan pembedahan pengecilan lambung untuk menurunkan berat badan. Juga sekaligus mengatasi permasalahan metabolik seperti diabetes, hiperkolesterolemia (kolesterol tinggi dalam darah) dan Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS) alias terganggunya pernapasan pada saat tidur.

Di India, pekan lalu seorang pria bernama Chetan Parmar, 41 tahun, warga Botad, melakukan operasi ini. Berat badannya naik terus hingga 210 kg dalam 10 tahun terakhir. Berat badannya menjadi masalah besar, menyebabkan gerakan terhambat, masalah kardiovaskular, diabetes, sleep apnea, dan masalah lainnya. Dia menjalani operasi pertama di Civil Hospital Ahmedabad dari beberapa operasi yang direncanakan untuk penurunan berat badan. Indeks massa tubuh normal (BMI) adalah 25, sedangkan Chetan mencapai 73.

Dr Rakesh Joshi, pengawas medis Civil Hospital, mengatakan bahwa Chetan adalah pasien terberat yang menjalani operasi bariatrik di rumah sakit. “Operasi pertama mengurangi berat badannya sebanyak 5 kg dengan segera dan dia akan kehilangan sekitar 130 kg selama beberapa bulan ke depan. Mereka yang memiliki BMI lebih tinggi dari 40 adalah kandidat yang cocok untuk operasi ini. Ini juga merupakan jalan panjang menuju pemulihan, dan bukan untuk semua orang,” ujarnya.

Teknik Operasi yang Aman

Operasi apapun mungkin terdengar sedikit menakutkan bagi Anda. Namun untuk operasi bariatrik ini, tidak ada alasan untuk takut. Operasi bariatrik atau bariatric surgery alias weight loss surgery adalah metode pengobatan yang populer untuk obesitas. Obesitas berarti kelebihan lemak dalam tubuh. Ketika asupan energi lebih dari energi yang dihabiskan itu akan menyebabkan obesitas. Jika seseorang mengalami obesitas morbid, orang biasanya menghadapi berbagai masalah kesehatan.

Untuk tingkat obesitas yang lebih rendah, mungkin Anda hanya membutuhkan perawatan mudah seperti diet dan olahraga. Tapi begitu BMI melampaui 30 dengan beberapa masalah medis atau melampaui 32 hingga 40 meskipun tanpa masalah medis, tentu akan sulit melakukan penurunan berat badan dengan pasien diet dan olahraga saja. Operasi bariatrik bisa menjadi alternatif untuk menurunkan berat badan secara sehat.

Spesialis Bedah, Subspesialis Bedah Digestif RS EMC Alam Sutera, dr. Handy Wing, Sp.B.SubBDig menyebutkan bahwa kriteria pasien untuk melakukan operasi penurunan berat badan adalah dengan memakai tolak ukur, Index Massa Tubuh (IMT) lebih dari 40. IMT di atas 40 mengindikasikan kelebihan 45 kg di atas berat badan ideal untuk pria atau kelebihan 36 kg di atas berat badan ideal untuk wanita.

“Operasi pengurangan berat badan dapat juga menjadi opsi bagi seseorang yang memiliki IMT lebih dari 35 yang disertai berbagai masalah kesehatan lain seperti diabetes, tekanan darah tinggi, gangguan nafas dan kolesterol tinggi,” katanya.

Operasi bariatrik termasuk bypass lambung, bypass lambung mini, pita laparoskopi, dan lengan lambung bekerja dengan mengurangi ukuran fisik lambung dan membatasi nafsu makan dengan mengubah sinyal hormonal antara perut dan otak pasien. Operasi ini dengan cara laparoskopik (teknik melihat ke dalam perut tanpa melakukan pembedahan besar), yang efektif menurunkan berat badan 5 hingga 13,5 kg dalam 4 minggu.

Apakah operasi ini aman? Prosedur bedah apapun pasti memiliki risiko. Dengan perbaikan lebih lanjut dalam prosedur medis dan bedah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, operasi bariatrik telah menjadi lebih aman selama bertahun-tahun.

Jika dibandingkan risiko hidup dengan obesitas termasuk komplikasi yang berhubungan dengan diabetes, sleep apnea, hipertensi dan peningkatan kemungkinan kematian dini, risiko operasi bariatrik sangat minimal. Pasien yang menjalani operasi ini juga dapat merasakan peningkatan kesehatan mereka secara keseluruhan.

Butuh Komitmen Pasien

Perlu diketahui bahwa kesuksesan dari operasi penurunan berat badan ini sangat bergantung pada pengetahuan, motivasi dan gaya hidup dari masing-masing individu. Pasien harus memiliki tekad yang kuat untuk penurunan berat badan. Lebih baik lagi jika orang yang ingin melakukan operasi ini sudah mencoba melakukan penurunan berat badan di masa lalu.

Operasi ini memerlukan tanggung jawab individu, perubahan gaya hidup dan asupan vitamin. Kurang olahraga, diet yang tidak seimbang, makan terlalu banyak karbohidrat dan juga minuman bersoda adalah beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan setelah operasi.

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, pasien haruslah berkomitmen untuk menjalani perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat. Studi menunjukkan pasien yang memiliki gaya hidup sehat, pemilihan makanan dan suplemen bergizi serta rutin menjalani kontrol berkala akan mendapatkan hasil yang memuaskan pasca-operasi.

Satu hal lagi yang penting adalah bahwa pasien tidak boleh memiliki masalah psikologis yang tidak dapat diobati. Pasien juga tidak boleh memiliki masalah endokrin atau hormonal yang tidak dapat diobati. Setelah pasien memenuhi kriteria ini, ia dapat menjadi kandidat ideal untuk operasi bariatrik.

Ahli bedah bariatrik dari India Dr Manish Motwani mengatakan, orang-orang berpikir mereka bisa makan apa saja yang mereka mau tidak akan menambah berat badan setelah operasi ini. “Itu tidak benar. Perut Anda menjadi jauh lebih kecil pasca-operasi dan tidak ada ruang lagi untuk junk food. Anda harus makan hanya makanan bergizi selamanya setelah operasi,” ujar Dr Motwani, yang telah melakukan lebih dari 11.000 operasi bariatrik, mengutip Times of India.

Dua Jenis Operasi

Dokter Spesialis Bedah Digestif Mayapada Hospital Jakarta Selatan (MHJS) dr. Errawan Ramawitana Wiradisuria, Sp.B-KBD, M.Kes, mengungkapkan ada dua jenis operasi bariatrik. Jenis pertama adalah operasi bariatrik yang sifatnya bisa dikembalikan ke keadaan semula (reversible). Yang masuk golongan reversible adalah motode gastric banding, saat leher lambung akan diikat memakai band atau pita, atau selang kecil yang terhubung ke sebuah pompa kecil yang ditanam di bawah kulit.

Kemudian di pompa itu akan disuntikkan cairan steril menuju pita yang bakal mengembang sehingga ‘mencekik’ leher lambung. Akibatnya, pasien menjadi cepat kenyang karena terbentuk lambung baru yang ukurannya lebih kecil.

Jenis kedua adalah operasi bariatrik dengan kondisi pembedahan tetap (irreversible). Caranya dengan memotong lambung dan rekonstruksi saluran pencernaan. “Rekonstruksi saluran pencernaan penting dilakukan agar terjadinya adaptasi lambung yang mengakibatkan berat badan kembali naik dikemudian hari bisa dicegah,” kata dr. Errawan, mengutip situs resmi RS Mayapada.

Metode ini merupakan pilihan ampuh yang memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapatkan perubahan hidup baru. Namun tentunya cara paling baik untuk mendapatkan hidup lebih sehat adalah mencegah obesitas dengan makanan bergizi seimbang serta gaya hidup sehat dan berolahraga.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button