Tahun ini, bisnis restoran ayam cepat saji banyak yang mengalami paceklik. Termasuk PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) yang kondang dengan ayam KFC, mengalami rugi bersih hingga Rp348,83 miliar di paruh pertama 2024.
Jika disandingkan dengan semester I-2023, kerugian KFC Indonesia meroket 6.173,9 persen. Karena, hingga Juni 2023, KFC hanya tekor Rp5,56 miliar. Informasi ini dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (5/8/2024).
Kerugian FAST membengkak seiring terjun bebas pendapatan perusahaan, dari Rp3,1 triliun (semester I-2023), menjadi Rp2,48 triliun (semester II-2024). Sedangkan, pendapatan dari makanan dan minuman yang merupakan lini bisnis utama perusahaan, turun dari Rp3,1 triliun menjadi Rp2,47 triliun.
Penurunan penerimaan ini terjadi dari komisi atas penjualan konsinyasi yang anjlok dari Rp11,85 miliar menjadi Rp10,46 miliar.
Sementara beban pokok penjualan, mengalami penurunan tipis dari Rp1,14 triliun menjadi Rp1,06 triliun. Sedangkan beban operasi mengalami lonjakan yang luar biasar, dari Rp10,06 miliar menjadi Rp22,07 miliar.
Dari sisi liabilitas, beban utang perusahaan naik sepanjang paruh pertama tahun ini dari Rp3,1 triliun menjadi Rp3,5 triliun. Sementara itu, jumlah aset perusahaan tercatat meningkat Rp3,91 miliar menjadi Rp3,97 miliar.
Asal tahu saja, KFC merupakan salah satu perusahaan yang terdampak gerakan produk yang dinilai mendukung atau terafiliasi Israel. Selain KFC, merek-merek asal Amerika Serikat lainnya seperti Starbucks, Pizza Hut dan McDonald’s juga jadi sasaran gerakan boikot.
Imbas gerakan boikot bahkan berdampak serius di Malaysia. Mei lalu, KFC menutup sementara lebih dari 100 gerai di tengah aksi boikot.
Harian Tiongkok Nanyang Siau Pau melaporkan 108 gerai jaringan restoran cepat saji asal AS itu telah berhenti beroperasi. Negara bagian Kelantan adalah wilayah yang paling terdampak dengan hampir 80 persen atau 21 gerai ditutup.
QSR Brands (M) Holdings Bhd yang merupakan induk perusahaan KFC dan Pizza Hut di Malaysia, mengatakan pihaknya menutup sementara seluruh gerai KFC dengan alasan “respons terhadap kondisi ekonomi yang menantang”.
Mereka juga menawarkan kesempatan pemindahan penugasan kepada karyawan toko yang terkena dampak penutupan gerai.
“QSR Brands dan KFC Malaysia telah mengambil langkah proaktif untuk menutup sementara gerai sebagai cara untuk mengelola peningkatan biaya bisnis dan fokus pada zona perdagangan dengan keterlibatan tinggi,” katanya dalam sebuah pernyataan, Senin malam (29/4/2024), dikutip dari Reuters.