News

Pameran Revolusi Kemerdekaan Indonesia Digelar di Amsterdam

Pameran Revolusi Kemerdekaan Indonesia dibuka di Rijksmuseum, Amsterdam, Belanda. Pameran ini akan berlangsung dari 11 Februari 2022 hingga 5 Juni 2022.

Pameran ini dibuka oleh Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi RI (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim dan Menteri Muda Kebudayaan dan Media Belanda Gunay Uslu.

Pameran yang difokuskan pada peristiwa revolusi kemerdekaan Indonesia selama periode 1945-1949 itu menampilkan rekaman peristiwa bersejarah. Mulai dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 hingga kembalinya Presiden Soekarno ke Indonesia pada 28 Desember 1949 setelah penyerahan kekuasaan dari Belanda ke Indonesia.

Rekaman sejarah tersebut ditampilkan melalui lebih dari 200 koleksi seni dan benda bersejarah yang mewakili pandangan 20 pelaku dan saksi sejarah, dari mulai pejuang, seniman, diplomat, politisi, hingga jurnalis.

Dalam keterangan tertulis KBRI Den Haag, Sabtu (12/2/2022), Nadiem mengatakan bahwa pengalaman pelaku sejarah perlu didengar dan dipelajari kembali.

“Terdapat pernyataan di mana mereka yang tidak bisa belajar dari sejarahnya akan mengulangi kembali kesalahannya. Pameran Revolusi ini dapat digunakan sebagai medium untuk mempelajari kembali sejarah,” kata Nadiem melalui video.

Sementara itu, Gunay Uslu mengatakan dirinya melihat Belanda dan Indonesia memiliki sejarah bersama yang berdampak bagi masyarakat kedua negara.

“Pameran Revolusi ini diharapkan dapat membuka mata dan hati serta mendekatkan masyarakat kedua negara,” kata dia.

Sementara itu, Duta Besar RI untuk Belanda Mayerfas berpandangan bahwa pameran ini dapat membuka perspektif masyarakat kedua negara dalam melihat suatu periode sejarah.

“Pameran Revolusi dapat memberikan perspektif yang lebih luas dalam melihat sejarah, termasuk dari sudut pandang pelaku sejarah yang terlibat, benda seni dan benda bersejarah dari masa tersebut,” kata Mayerfas.

Menurut Direktur Rijksmuseum Taco Dibbits, pameran dapat terlaksana atas kerja keras dari kurator yang berasal dari Belanda dan Indonesia.

“Seluruh koleksi dalam pameran dikurasi oleh empat kurator, yaitu Harm Stevens dan Marion Anker dari Rijksmuseum Belanda, serta Direktur Museum Universitas Pelita Harapan Amir Sidharta dan sejarawan Bonnie Triyana,” kata Dibbits.

Koleksi seni dan benda bersejarah yang dipamerkan, selain berasal dari berbagai museum dan institusi di Belanda, juga dipinjamkan dari sejumlah museum di Indonesia seperti Museum Affandi Yogyakarta, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Art Council, Museum Seni Rupa Jakarta, Museum Komunikasi dan Informatika Jakarta, dan Museum Universitas Pelita Harapan Tangerang.

Sejumlah koleksi yang ditampilkan di antaranya adalah kamera yang merekam Rapat Akbar di Lapangan Ikada, dokumen dinas intelijen Belanda di masa kolonial, dan album foto pribadi wartawan senior Rosihan Anwar.

Ada juga lukisan/sketsa Perundingan Linggarjati yang dibuat Henk Ngantung, lukisan karya Sudarso tentang potret Tanja Dezentje, warga Belanda yang menjadi WNI dan turut berjuang sebagai wakil Indonesia dalam diplomasi kemerdekaan RI.

Pameran juga menampilkan instalasi seni dari Timoteus Anggawan Kusno, seniman asal Yogyakarta.

Instalasi tersebut menggambarkan perjuangan Indonesia di masa kolonial sebelum revolusi kemerdekaan dengan menampilkan obyek yang berasal dari masa kolonial, termasuk pigura lukisan potret Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Di samping itu, sebagai bagian dari pameran, telah diterbitkan buku berjudul “Revolusi! Indonesia Independent” yang berintikan tulisan kontribusi dari para kurator.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button