Panen Singkong 30 Kg di Gorontalo, Wakil Ketua DPR Ledek Food Estate Kalteng

Seolah ingin sindir gagalnya budidaya singkong program lumbung pangan atawa food estate di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah (Kalteng), Wakil Ketua DPR asal Partai NasDem, Rachmat Gobel malah pamer singkong ‘gemoi’.

Melalui keterangan pers, dikutip Senin (8/1/2024), dia  panen singkong di lahan demplot seluas 2 hektare di Desa Tolotio, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo. Kampung halamannya.

Tak main-main, mantan Menteri Perdagangan (Mendag) di periode pertama Jokowi itu, menunjukkan singkong dengan ukuran jumbo. Per batangnya bisa berbobot 30 kilogram (kg). “Alhamdulillah, per batang singkong bisa 30 kilogram. Gorontalo layak menjadi lumbung pangan nasional untuk Indonesia timur,” kata Gobel.

Pada 26 Desember 2022, Gobel menanam 3 jenis singkong yang merupakan varietas baru bagi petani di Gorontalo. Yakni, varietas Garuda, Cimanggu, dan Casesa. Untuk membawa bibit itu dari Lampung dan Jawa, ke Gorontalo, ongkosnya Rp80 juta. Di mana, per hektare lahan dibutuhkan 8-10 ribu stek singkong. Sehingga, untuk 2 hektare lahan dibutuhkan 16-20 ribu stek.

Saat uji coba singkong ini, kata Gobel, PT Seruniandal Citramandiri ditunjuk sebagai penyedia pupuk dan bibit. Dan, melibatkan pakar pertanian dari Unpad Bandung, Prof Tualar Simarmata; Tim Kemandirian Pangan Rachmat Gobel yang dipimpin Prof M Ikbal Bahua; Sofyan Abdullah dari Universitas Gorontalo, dan Pemuda Tani Indonesia.

Saat panen, kata dia, singkong jenis Garuda bobot per batang bisa mencapai 32 kg. Sedangkan Cimanggu dan Casesa sekitar 20-25 kg per batang. Untuk pupuknya digunakan pupuk organik jenis pembenah tanah antasena, decomposer kresna, dan biounggul.

Mengingatkan saja, pada September 2020, Presiden Jokowi memberikan amanat pada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk membangun Food Estate singkong di Kabupaten Gunung Mas, Kalteng.

Dua tahun kemudian, Juru Kampanye Hutan Greenpeace, Arie Rompas menyebut, food estate singkong mengalami kegagalan. “Kemenhan menanam singkong, tapi enggak tumbuh. Padahal sudah buka hutan gitu, ya,” kata Arie.

Di mana, lahan seluas 31.719 hektare dari pembabatan hutan, ditanami singkong. Temuan Greenpeace, setengah dari luas lahan itu sudah dicakup berbagai izin penggunaan lahan pribadi maupun fasilitas umum.

Lahan food estate itu mencakup lahan permukiman Desa Tampelas, Tewai Baru, Sepang Kota, dan Pematang Limau, di Kecamatan Sepang, Gunung Mas. Pematokan lahan itu, menurut laporan Greenpeace, menimbulkan gesekan antara pemerintah dan masyarakat adat Dayak.

Kini, jejak gagalnya tanaman singkong di Gumas (Kabupaten Gunung Mas), seolah ingin dihapus dengan tanaman jagung di pot plastik atau polybag yang diinisiasi Kementerian Pertanian (Kementan). Lagi-lagi,  cara ini mendapat kritikan dari para aktivis lingkungan. 
 

Sumber: Inilah.com