Hangout

Pangeran Harry Idap Agorafobia, Ketakutan di Tempat Umum, Anda Mengalaminya?

Memoar Pangeran Harry mengungkapkan banyak hal yang baru terungkap. Salah satunya adalah perjuangan Duke of Sussex itu melawan agorafobia, gangguan kecemasan langka yang menyebabkan ketakutan luar biasa di tempat umum. Bagaimana penyebab dan pencegahannya?

Berdasarkan Today.com, yang menerjemahkan salinan memoar dalam bahasa Spanyol, Harry menulis, “Saya adalah seorang agorafobia. Yang hampir tidak mungkin mengingat peran publik saya.”

Sebagai seorang pangeran, Harry diharuskan lebih banyak tampil dan berbicara di depan publik. Pidato publik, dilihat dari luar sepertinya dia lakukan dengan mudah. Namun ternyata harus melalui pertarungan mental di balik layar.

Harry dalam sebuah pidato yang tidak dapat ia hindari atau dibatalkan mengaku hampir pingsan. Ia menambahkan abangnya, Pangeran William menertawakannya setelah itu karena dirinya ternyata ‘basah kuyup’ karena keringat.

Harry juga mengatakan William dan Kate Middleton sempat mengetahui ketika ia mengalami serangan panik pertamanya. Saat itu, mereka tengah berada di dalam kendaraan menuju tempat pertandingan polo di Gloucestershire. Harry ketika itu berada di kursi belakang.

“… Willy menatapku dari kaca spion. Dia melihatku berkeringat, wajah merah,” tulis Harry. “Kau baik-baik saja, Harold?’ Tidak, saya tidak.” Itu adalah perjalanan beberapa jam dan setiap beberapa mil saya ingin memintanya untuk menepi agar saya bisa melompat keluar dan mencoba mengatur napas.

Pangeran Harry telah lama menjadi pendorong kesehatan mental orang lain tetapi baru belakangan ini mulai berbagi lebih banyak tentang kisahnya sendiri, termasuk kesulitan tumbuh di mata publik, trauma yang dialaminya setelah kembali dari perang, dan sekarang perjuangannya melawan agorafobia.

Apa itu agorafobia?

Menurut Mayo Clinic, agorafobia adalah gangguan kecemasan yang melibatkan rasa takut dan menghindari tempat atau situasi yang dapat menyebabkan kepanikan dan perasaan terjebak, tidak berdaya atau malu. Misalnya menggunakan transportasi umum, berada di ruang terbuka atau tertutup, atau berada di keramaian.

Sementara menurut American Psychological Association, agorafobia didefinisikan sebagai ketakutan berlebihan serta tidak rasional berada di tempat terbuka atau asing, yang mengakibatkan penghindaran situasi publik dan mungkin sulit untuk melarikan diri. Ini bisa berarti ketakutan akan ruang terbuka atau tertutup, keramaian, transportasi umum atau tempat lain di luar rumah seseorang.

Ketakutan sering terjadi karena orang tersebut merasa bahwa ‘tidak ada cara mudah untuk melarikan diri atau mendapatkan bantuan’. Sebuah kecemasan yang berlebihan. Agorafobia sering berkembang setelah seseorang mengalami satu atau lebih serangan panik, yang menyebabkan mereka khawatir akan mengalami serangan lagi dan menghindari tempat-tempat yang menurut mereka mungkin akan berulang kembali.

Akibatnya, orang dengan agorafobia cenderung sulit merasa aman di depan umum dan tidak bisa meninggalkan rumah karena ketakutan yang luar biasa. “Bagi sebagian orang, semakin jauh mereka dari rumah, semakin tidak aman secara emosional, dan semakin mereka merasakan malapetaka yang akan datang,” kata Gregory Jantz, PhD, seorang psikolog klinis, mengutip Healthline.

Beberapa orang dengan agorafobia mungkin juga mengalami gangguan panik, sejenis gangguan kecemasan yang melibatkan serangan panik. Serangan panik berupa perasaan takut yang ekstrim secara tiba-tiba, dengan gejala seperti detak jantung yang cepat, kesulitan bernapas, sakit kepala ringan atau pusing, tiba-tiba memerah atau menggigil, atau berkeringat berlebihan.

Bagaimana agorafobia memengaruhi orang? Orang dengan agorafobia yang mengalami serangan panik mungkin menghindari tempat atau situasi tertentu dalam upaya mencegah serangan panik lainnya. “Saat kecemasan mereka meningkat, mereka merasakan ketakutan akan potensi serangan panik,” kata Jantz. “Jadi pada dasarnya mereka takut akan ketakutan ini.”

Jika agorafobia cukup parah, seseorang mungkin tidak dapat meninggalkan rumah, mengunjungi keluarga dan teman, pergi ke sekolah atau bekerja, dan melakukan aktivitas sehari-hari lainnya. Jantz mengatakan salah satu persepsi yang salah tentang kondisi ini adalah bahwa ketakutan seseorang adalah ‘semua ada dalam pikiran’. Meskipun ketakutan itu tidak ada hubungannya dengan kenyataan, bukan berarti kecemasan itu tidak nyata. “Tubuhmu bereaksi dan ada hal-hal fisiologis yang terjadi,” tambahnya.

Berapa kasus di dunia?

Diperkirakan 1,3 persen orang dewasa AS mengalami agorafobia di beberapa titik selama hidup mereka, menurut Institut Kesehatan Mental Nasional (NIMH). Sebanyak tujuh dari 10 orang dewasa dengan agorafobia dalam satu tahun terakhir, memiliki gangguan sedang hingga parah, lapor institut tersebut.

Agorafobia lebih jarang terjadi dibandingkan gangguan kecemasan lainnya, seperti gangguan kecemasan sosial, yang memengaruhi 12,1 persen orang dewasa AS pada suatu waktu dalam hidup mereka, masih menurut NIMH. Para peneliti terus mencoba memahami mengapa orang-orang tertentu mengembangkan agorafobia, tetapi mereka meyakini kondisi ini melibatkan kombinasi genetika dan pengalaman.

Selain itu ada faktor-faktor tertentu yang dapat meningkatkan risiko agorafobia, termasuk memiliki gangguan panik atau fobia (reaksi ketakutan yang berlebihan), mengalami peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti pelecehan, bencana alam, atau kematian orang tua. Juga memiliki kepribadian gugup atau cemas, serta memiliki kerabat dekat dengan agorafobia.

Cara pengobatan

Bagaimana orang atau publik figur seperti Pangeran Harry berjuang melawan penyakit ini? Memiliki agorafobia tidak selalu berarti bahwa orang tersebut akan menghindari situasi dan tempat publik, hanya saja mereka takut.

“Kita seringkali tidak dapat melihat secara kasat mata tingkat kesusahan yang dialami seseorang,” kata Jacqueline Bullis, PhD, seorang psikolog klinis di Boston yang merawat orang dengan kecemasan dan instruktur di departemen psikiatri di Harvard Medical School, kepada Today.com. “Mungkin saja dia menempatkan dirinya dalam situasi ini, dan itu sangat menyusahkan serta menguras tenaga baginya.”

Para pakar menyarankan agar pasien berani menghadapi rasa takut berada di tempat umum dan menambahkan terapi perilaku kognitif serta obat-obatan untuk mengobati gangguan tersebut.

Namun, Jantz kembali memaparkan, sebelum memutuskan perawatan apa pun, penting untuk menentukan apakah ada hal lain yang dapat menyebabkan kecemasan seperti peningkatan penggunaan alkohol, kondisi medis, atau pengobatan. Faktor-faktor lain ini perlu ditangani bersamaan dengan kecemasan dan agorafobia.

Perawatan untuk agorafobia sering melibatkan terapi bicara, terapi perilaku kognitif (CBT) atau terapi perilaku dialektik (DBT). Terapi ini membantu orang mempelajari apa yang dapat memicu serangan panik atau gejala mirip panik, dan menyediakan cara bagi mereka untuk mengatasi peningkatan kecemasan yang terjadi dalam situasi tertentu.

Untuk orang dengan agorafobia yang kesulitan meninggalkan rumah, beberapa terapis mungkin menawarkan sesi terapi melalui video atau telepon. Seorang dokter juga dapat meresepkan obat antidepresan atau anti-kecemasan.

Jantz mengatakan ketika orang dengan agorafobia dirawat, dia merekomendasikan agar seorang dokter menemani mereka ketika mencoba hal-hal baru, seperti memasuki ruang publik. “Dengan begitu, mereka tahu, ‘Saya bisa melewati ini’,” katanya. “Jika mereka memiliki seseorang yang mendukung mereka, gejala mereka akan berkurang setelah lima atau 10 menit. Tetapi jika mereka sendirian, gejalanya dapat memburuk.”

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button