Tiap tahun, PT Pertamina (Persero) mendapatkan kompensasi harga BBM dan LPG 3 kg sekitar hingga Rp400 triliun. Sedangkan kompensasi tarif listrik untuk PT PLN (Persero) sebesar Rp150 triliun.
“Keduanya menyedot APBN setidaknya Rp500 triliun hingga Rp550 triliun tiap tahun, karena selisih harga. Negara memberi uang jumbo untuk kedua BUMN itu. Kepada BUMN lain, negara juga memberi uang dalam jumlah besar,” kata ekonom dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Jakarta, Sabtu (3/8/2024).
Bisnis kedua BUMN ini, kata dia, sebenarnya merugi. Karena harga yang ditetapkan pemerintah lebih rendah ketimbang harga pasar.
“Atau mereka bilang lebih rendah dari harga keekonomian. Lalu pemerintah menggantinya dengan subsidi dan kompensasi dengan menggunakan anggaran APBN,” paparnya.
Alasil, kata Salamuddin, kedua BUMN energi tersebut mendapatkan untung lumayan besar. Gaji pegawainya bisa naik, gaji direksinya bisa besar, dapat tunjangan dan tantiem lumayan gede.
Bisnis petani bagaimana? Tahun lalu, harga gabah bagus, yakni Rp700 ribu per kuintal. Tapi tahun ini, menjelang panen raya, harga gabah anjlok menjadi Rp500 ribu per kuintal.
“Cuma harga gabah yang turun di republik ini, yang lain naik semua. Biaya pendidikan, kesehatan, harga motor, harga mobil, semuanya naik. Tapi giliran harga beras turun, enggak kira-kira turunnya. Bisa mencapai 40 persen dibandingkan tahun lalu,” imbuhnya.
“Petani, Pertamina, PLN sama-sama bisnis Pak Bos, sama-sama cari rejeki. Sama-sama cari uang, sama-sama cari cuan, sama-sama ingin untung, bukan untung besar. Tapi untung sedikit saja,” imbuhnya.
Pertamina, kata dia, harus untung agar punya uang untuk impor minyak mentah dan BBM. Sedangkan PLN harus punya uang untuk beli energi primer batubara dan gas. Petani perlu uang sisa hasil jual gabah supaya bisa menanam padi lagi. “Agar tidak terjerat tengkulak,” kata Salamuddin.
Jika BUMN bisa terjerat pinjol, kata Salamuddin, apalagi petani. Mereka bisa lebih parah dari pinjol yakni tengkulak atau lintah darat.
Celakanya, bank-bank BUMN tidak ada yang mau membiayai petani untuk menanam padi. Bunganya sama tigginya dengan tengkulak. Di sisi lain, BUMN mendapat penyertaan modal negara (PMN) tiap tahun.
“Jadi petani juga mesti dapat sedikit dari APBN. Tapi kalau PMN ke petani kayaknya belum ada yang memikirkan ini,” pungkasnya.