Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, mengungkap sejumlah tantangan yang menjadi penghambat bagi pertumbuhan ekonomi digital di masa depan.
Hal itu ia sampaikan dalam diskusi sekaligus peluncuran ‘Indonesia Digital Economy Outlook 2025’ yang digelar di Hotel Mercure Sabang, Jakarta Pusat, Kamis (19/12/2024).
Nailul mengaku, investasi yang masih seret di Indonesia, khususnya bidang digital. suka atau tidak, penurunannya masih cukup tajam.
“Di tahun 2021, untuk investasi di ekonomi digital di Indonesia, itu mencapai Rp144 triliun. Nah, di tahun 2022, itu turun hampir setengahnya, harganya sekitar Rp68 triliun. Di tahun 2023, turun lagi sampai setengahnya,” kata Nailul.
Nailul menerangkan, masih ada beberapa kasus yang bakal memengaruhi kondisi persepsi investor secara digital di Indonesia. Hanya saja, dia tidak merinci lebih dalam kasus tersebut.
Sementara tantangan selanjutnya yakni sumber daya manusia (SDM) yang sudah digantikan oleh Artificial Intelligence atau AI.
Nailul menjelaskan, nilai Human Capital Index di negara-negara seperti Malaysia, China, dan India cenderung stabil di angka 0,60–0,70, menunjukkan konsistensi dalam pengembangan kualitas SDM.
“Indonesia memiliki nilai HCI lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam dan Malaysia, mencerminkan tantangan dalam peningkatan kualitas SDM,” ujarnya.
Singapura konsisten menduduki posisi teratas dengan skor 99,48 pada 2022. Setahun kemudian skornya turun menjadi 97,4. Hal ini menunjukkan daya saing digital yang cukup kuat di kawasan.
Sementara Indonesia mengalami peningkatan bertahap, namun masih tertinggal di angka 56,74 pada 2022 dan 60,36 di 2023, menekankan perlunya investasi lebih pada infrastruktur digital dan SDM.
“Indonesia memiliki peringkat yang membaik dalam aspek talent, namun masih rendah, perlu peningkatan keterampilan SDM untuk memenuhi kebutuhan ekonomi digital dan AI,” jelas Nailul.
Hambatan terakhir, kata dia, masih rendahnya literasi finansial digital dan keamanan transaksi di Indonesia. Nilai pilar infrastruktur dan ekonomi dari masyarakat digital di Indonesia anjlok di tahun 2024, dibandingkan 2023.
“Nilai Pemberdayaan masih lebih rendah dibandingkan dengan nilai pilar lainnya yang menunjukkan ekonomi digital di Indonesia belum mampu menjadi motor pemberdayaan ekonomi yang signifikan,” tuturnya.