Market

Partisipasi Jaga Lingkungan, Pengusaha Sawit Ikutan Tanam Mangrove

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melakukan tanam perdana rehabilitasi mangrove bersama Kelompok Tani Hutan Mangrove Desa Sabuai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari MoU dan Perjanjian Kerja Sama antara Kemenko Maritim dan Investasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta berbagai asosasi termasuk GAPKI. Disepakati untuk melakukan penanaman dan rehabilitasi mangrove di sejumlah lokasi.

“Desa Sabuai mengalami abrasi yang semakin luas. Oleh karena itu, GAPKI memilih Desa Sabuai sebagai lokasi penanaman,” ungkap Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono, Minggu (12/12/2021). Setelah melakukan pengamatan, GAPKI mencoba melakukan penanaman lebih dalam, agar mangrove yang bisa bertahan hidup.

Penanaman mangrove di lahan seluas 10 hektar di Desa Sabuai, kata Mukti, merupakan bagian dari komitmen GAPKI untuk merehabiitasi hutan mangrove seluas 30 hektar di wilayah Kalimantan Tengah, khususnya Daerah Aliran Sungai (DAS) Kahayan.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat, Fitriyana mengatakan, penanaman mangrove yang dimotori GAPKI, diharapkan mampu menjawab tantangan. “Penaman ini, dengan strategi yang disesuai dengan alam agar tingkat kesuksesasnnya lebih baik,” ungkapnya.

Beberapa waktu lalu, lanjut Fitriyana, Desa Sebuai menjalankan program penanaman Mangrove di pantai. Akibatnya, Mangrove tersebut mati karena air ROB. Pihak Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat, sangat mendukung program yang dicanangkan oleh GAPKI. “Kita perlu meningkatkan sinergitas agar program ini bisa berjalan dengan baik,” jelasnya.

Fitriyana bilang, program ini akan menjadi sarana untuk pihaknya melakukan inventarisasi kembali jumlah mangrove yang ada di wilayahnya. Ia menyatakan bahwa mangrove dapat menjadi sumber ekonomi dengan pengelolaan dan pengolahan berbagai macam produk.

Kepala Desa Sebuai, Tohari mengatakan, program penanaman mangrove merupakan program yang memiliki manfaat yang luar biasa. “Mungkin tidak saat ini, tapi lima sampai sepuluh tahun lagi kita akan merasakan manfaatnya,” jelasnya.

Dikatakan, tanaman mangrove punya manfaat ganda. Mengurangi efek ROB, mengurangi gelombang dan kecepatan angin. Program ini diharapkan bisa berhasil, minimal 80 persen mangrove yang ditanam, bisa tetap hidup. “Kita wariskan untuk generasi berikutnya,” pungkas Tohari.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button