Market

Partisipasi Perempuan dalam Angkatan Kerja Mandek Dua Dekade Terakhir

Data Bank Dunia melaporkan, tingkat partisipasi perempuan dalam angkatan kerja cenderung stagnan alias mandek selama dua dekade terakhir. Tercatat, hanya sekitar 52 persen perempuan yang berpartisipasi dalam angkatan kerja. Bandingkan dengan partisipasi laki-laki yang sebesar 85 persen.

Sementara menurut Badan Pusat Statistik tahun lalu, angkatan kerja perempuan Indonesia berada pada angka 53 persen sedangkan  laki-laki mencapai 82 persen.

Mungkin anda suka

“Jika Indonesia meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan menjadi 58 persen saja, maka hal ini dapat berkontribusi sebesar 62 miliar dolar AS (setara Rp958,6 triliun mengacu pada kurs Rp15.461,35 per dolar AS) terhadap perekonomian,” kata Satu Kahkonen, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste dalam webinar ‘Perempuan di Era Digital: Pemanfaatan Layanan Digital untuk Pertumbuhan Bisnis’ di Jakarta, Kamis (9/3/2023).

Menurut dia, percepatan digitalisasi membuka peluang baru dan menarik bagi perempuan menjadi pelaku usaha. “Perdagangan secara online (e-commerce) membuka peluang bagi lebih banyak perempuan untuk memasuki angkatan kerja dan meningkatkan partisipasi dalam angkatan kerja di Indonesia,” ujarnya.

Jika kesenjangan gender dalam angkatan kerja berhasil diturunkan, sambung dia, dapat berkontribusi kepada peningkatan pertumbuhan ekonomi global sekitar 5,3 triliun dolar AS.

Kahkonen pun merekomendasikan empat cara untuk mempertahankan dan meningkatkan peluang tersebut.

Pertama, membangun literasi dan keterampilan digital perempuan untuk dapat terlibat dalam pasar tenaga kerja berbasis digital. Kedua, merancang teknologi dan inovasi digital yang memenuhi kebutuhan perempuan dan anak perempuan.

Ketiga, meningkatkan partisipasi perempuan dan anak perempuan di bidang Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika untuk menjamin peran mereka dalam mengembangkan teknologi, penelitian, dan investasi digital untuk masa depan.

Keempat, mendorong pembagian tanggung jawab perawatan yang seimbang di rumah tangga dan lingkungan masyarakat, sehingga perempuan dapat memiliki lebih banyak waktu dan kesempatan untuk dapat terlibat dalam pekerjaan berpenghasilan.

“Upaya ini dapat membantu memastikan adanya transisi digital yang adil dan merata bagi semua,” ujarnya menambahkan.

Kajian Women’s World Banking menunjukkan adopsi teknologi digital bagi segmen ultra mikro yang masuk ke dalam kategori UMKM, antara lain, membantu mempercepat pemulihan usaha ultramikro pascapandemi dan meningkatkan pendapatan. Bagi UMKM, teknologi dapat meningkatkan efisiensi dan kemampuan operasional.

Menurut perhitungan Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada 2021, terdapat lebih dari 64 juta UMKM di Indonesia. Data World Economic Forum menunjukkan, pada 2022 UMKM telah membuka lapangan kerja bagi lebih dari 100 juta pekerja dengan hampir 65 persen di antaranya adalah perempuan.

Selanjutnya, antara tahun 2017 hingga tahun 2020, pangsa pengusaha perempuan yang terlibat dalam perdagangan secara online (e-commerce) bertambah sebanyak tiga kali lipat.

Selain itu, pandemi telah mempercepat adopsi model bisnis secara digital dan e-commerce oleh usaha yang dimiliki perempuan. Kajian terbaru oleh SMERU Research Institute menyebutkan bahwa lebih dari 50 persen perusahaan milik perempuan yang disurvei meningkatkan penggunaan internet maupun platform digital selama dan setelah pandemi COVID-19, dibandingkan dengan sekitar 45 persen perusahaan milik laki-laki.

Selanjutnya, seperti yang disorot oleh laporan digitalisasi Bank Dunia tahun 2021, hampir 60 persen perempuan pengguna internet yang meninggalkan pekerjaan sebelumnya karena hamil dan melahirkan, kini bekerja di bidang e-commerce.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button