Politikus senior PDIP Hendrawan Supratikno meminta publik untuk tidak percaya dengan berbagai spekulasi yang bermunculan, terkait tidak jadinya mengusung Anies Baswedan di Pilgub Jakarta, tetapi mengusung Pramono Anung sebagai gantinya.
“Jangan percaya dengan spekulasi yang dikembangkan. Dari awal nama PAW (Pramono Anung Wibowo) sudah disebut Sekjen, sebagai salah satu kader yang layak untuk posisi cagub. Resistensi internal terhadap paslon menjadi salah satu pertimbangan,” ungkap Hendra kepada Inilah.com saat dihubungi di Jakarta, Kamis (29/8/2024).
Ia juga menegaskan hal ini sejalan dengan ideologis yang dianut PDIP, untuk mengedepankan kadernya. “Kita lihat, konsistensi ideologis menjadi pertimbangan yang penting dalam penentuan paslon,” ucap dia.
Hendra juga menyebut diusungnya Pramono Anung tak berkaitan dengan persoalan, apakah Megawati sedang mencoba memegang kartu truf Presiden Joko Widodo (Jokowi) atau tidak.
“Tidak ada kaitan demikian. PAW figur yang diterima secara luas. Sejumlah ketum dan elit parpol juga merupakan teman dekatnya,” tandas Hendra.
Untuk diketahui, di menit-menit akhir pengumuman untuk Pilgub Jakarta, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menghapus nama Anies Baswedan sebagai kandidat cagub mendampingi Rano Karno.
Megawati lantas memerintahkan Pramono Anung yang kini menjabat Sekretaris Kabinet (seskab) Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk turun gunung menghadapi ‘pertarungan’ menjadi orang nomor satu di Jakarta.
Diduga pengusungan Pramono merupakan perlawanan Megawati terhadap dugaan upaya politik sandera yang dimainkan Jokowi. Asal tahu saja, belakangan sejumlah politikus PDIP sedang ramai diperiksa terkait kasus korupsi.
Terbaru Riyan Dediano menjalani pemeriksaan di kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Riyan diperiksa sebagai saksi dugaan tindak pidana korupsi atau TPK di lingkungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Wilayah Surabaya, Jawa Timur. Belakangan diketahui Riyan adalah keponakan Megawati.
Juru bicara KPK Tessa Mahardhika mengatakan RD diperiksa penyidik untuk tersangka tersangka DRS. “Pemeriksaan saksi dugaan TPK di lingkungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian/DJKA Wilayah Surabaya, untuk Tersangka DRS, dkk,” kata dia dalam keterangan resmi, Senin (26/8/2024).
Sebelum Rian, lingkaran dekat Megawati juga disebut-sebut terlibat korupsi. Salah satunya, Happy Hapsoro, menantu Megawati sekaligus suami dari Ketua DPP PDIP Puan Maharani. Terseretnya Happy karena salah satu anak buahnya, Muhammad Yusrizki, Direktur Utama PT Basis Utama Prima duduk di kursi pesakitan kasus BTS Kominfo.
Berdasarkan dokumen administrasi hukum umum (AHU) Kementerian Hukum dan HAM, sebesar 99,99 persen kepemilikan PT Basis Utama Prima dikuasai oleh Happy Hapsoro. Basis Utama Prima juga memiliki nama alias Basis Investment.
Saat sidang di Pengadilan Negeri Tipikor, Jakarta Pusat, Rabu (31/1/2024), Yusrizki mengakui memiliki bos bernama Hapsoro. Hal itu diungkap ketika Hakim Ketua Rianto Adam Pontoh bertanya soal perusahaan PT Basis Utama Prima (BUP).