Pebisnis China Pamerkan 200 GPU Nvidia H200 di Tengah Larangan Ekspor AS


Pebisnis China, Su Di, baru-baru ini memicu diskusi dan kontroversi di media sosial Douyin setelah memamerkan aksesnya terhadap kartu grafis GPU Nvidia H100 dan H200. Hal ini terjadi meskipun ada larangan ketat dari pemerintah AS untuk mengekspor teknologi canggih ini ke China.

Mengutip laman akun X @BoneGPT yang menggungah video tersebut, Su, salah satu pendiri inkubator startup Kun Lun Nest di Beijing, dalam video unggahannya pada 28 November, menyebut GPU Nvidia H100 sebagai perangkat penting yang mendorong revolusi kecerdasan buatan (AI). Ia bahkan dengan nada bercanda mengatakan, “Trump mungkin akan sangat marah mengetahui ini.”

GPU Canggih yang Diblokir AS

GPU Nvidia H100, yang menurut Su memiliki kemampuan beberapa kali lipat lebih tinggi dari RTX 4090, dianggap sebagai komponen vital dalam pengembangan model AI besar-besaran. Selain itu, Su mengungkapkan bahwa 200 unit GPU H200—model terbaru dengan fitur optimasi untuk tugas AI skala besar—telah tiba di kantornya dan siap digunakan.

Menurut Datacrunch, GPU H100 dan H200 dirancang untuk komputasi berperforma tinggi dengan kekuatan pemrosesan mencapai 3,95 petaflops. Dengan harga sekitar USD40.000 (sekitar Rp649 Juta) per unit untuk konfigurasi kelas atas, perangkat ini menjadi teknologi yang sangat mahal dan strategis.

Mengapa GPU Ini Penting Bagi China?

Dalam videonya, Su mengakui bahwa pengiriman GPU ini melanggar hukum AS, namun ia membela langkah tersebut dengan menyatakan bahwa teknologi ini diperlukan untuk menjembatani kesenjangan pengembangan komputasi China. Ia juga menyinggung dampak sanksi AS yang, menurutnya, justru mempercepat pengembangan industri chip lokal China.

“Ketika menyangkut aplikasi luar angkasa dan militer, semua itu membutuhkan daya komputasi besar,” kata Su. 

“Jika CPU dan GPU domestik sudah tersedia, tentu kami akan menggunakannya. Tapi kenyataannya, kami masih harus menerima adanya kesenjangan ini,” lanjutnya.

Sanksi AS yang Memperketat Ekspor Teknologi

Larangan ekspor GPU seperti Nvidia H100 dan H200 merupakan bagian dari upaya AS yang dimulai sejak 2018 untuk membatasi akses China terhadap teknologi mutakhir. Alasan utamanya adalah kekhawatiran soal keamanan nasional, terutama terkait potensi penggunaan teknologi ini untuk keperluan militer dan pengembangan AI.

Puncak pembatasan terjadi pada 2023 dengan larangan pengiriman chip AI tertentu ke China, mencerminkan ketegangan yang terus meningkat dalam persaingan teknologi global.

Melebihi Batasan, Mendorong Perkembangan

Su Di juga menyinggung pandangan bahwa larangan AS melanggar hukum internasional, termasuk Konvensi Jenewa 2024, karena menghambat perkembangan teknologi di negara lain. Ia menegaskan bahwa pengiriman GPU ke China sepenuhnya legal menurut hukum China, termasuk melalui bea cukai.

“Semua produk yang ada di pasar China dilaporkan secara legal dan dikenakan pajak,” ujar Su, membantah tuduhan penyelundupan dari sejumlah netizen.

Akses China terhadap teknologi canggih seperti GPU Nvidia H100 dan H200 menimbulkan kekhawatiran besar di AS, yang selama ini berusaha mempertahankan dominasi teknologi global. Sementara AS memperketat ekspor, langkah ini tampaknya mendorong China untuk mencari solusi alternatif dan mempercepat inovasi lokal.