Seorang mantan peneliti OpenAI yang belakangan menjadi pelapor atau pengungkap kasus (whistleblower) ditemukan meninggal bulan lalu di apartemennya di San Francisco akibat bunuh diri, menurut pihak berwenang, yang baru membuka kasusnya saat ini.
Suchir Balaji, 26 tahun, ditemukan meninggal pada 26 November oleh petugas polisi San Francisco yang mendatangi apartemennya setelah mendapat panggilan untuk melakukan pemeriksaan kesejahteraan (wellness check), menurut laporan The Mercury News. “Kantor pemeriksa medis menyatakan bahwa tidak ditemukan bukti tindak kriminal dan kematiannya diyakini sebagai tindakan bunuh diri,” menurut media tersebut.
Sebelum kematiannya, Balaji secara terbuka menuduh OpenAI melanggar hukum hak cipta AS melalui aplikasi AI generatif mereka, ChatGPT.
Penduduk asli California ini bergabung dengan perusahaan kecerdasan buatan tersebut sebagai peneliti pada tahun 2022, namun dengan cepat merasa terganggu oleh cara kerja program generasi gambar dan teks yang mereka kembangkan.
Investigasi pelanggaran hak cipta
Pada Oktober lalu, Balaji menjadi subjek profil di New York Times yang mengulas keyakinannya bahwa ChatGPT secara rutin melanggar ketentuan fair use hak cipta.
Pada 18 November, The Times mengajukan surat di pengadilan federal yang menyebut Balaji sebagai seseorang dengan “dokumen unik dan relevan” yang akan mereka gunakan dalam litigasi mereka melawan OpenAI, menurut laporan The Mirror.
Gugatan tersebut menuduh Microsoft dan OpenAI mencuri karya reporter dan editor mereka tanpa menghormati etika jurnalistik maupun legalitas.
“Kami sangat terpukul mendengar berita yang sangat menyedihkan ini hari ini, dan hati kami bersama keluarga serta orang-orang tercinta Suchir di masa sulit ini,” ujar OpenAI dalam sebuah pernyataan kepada CNBC. [The New York Post]