News

Pemecatan Terawan, Dendam IDI Habis Terbayar

Status keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) eks Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto terjawab sudah. Muktamar ke-31 IDI di Banda Aceh, pada Jumat (25/3/2022), mengeluarkan rekomendasi yang terkesan emosional, menenggelamkan karier Terawan.

Pihak IDI mengakui, keputusan tersebut bukan barang baru karena telah dikeluarkan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) pada 2018 dengan rekomendasi pemberhentian sementara. Artinya, butuh waktu nyaris 5 tahun bagi IDI untuk menegaskan sekaligus mengubah status rekomendasi awalnya dari pemberhentian sementara (12 bulan) pada 2018, menjadi permanen melalui Muktamar di Banda Aceh tahun 2022.

Bukan rahasia umum, Terawan dengan IDI memiliki hubungan yang tidak harmonis. Bermula dari kiprah Terawan mengembangkan metode Digital Substraction Angogram (DSA), atau cuci otak dalam mengobati pasien stroke yang disorot IDI sejak 2015.

Konflik meruncing ketika Terawan menolak memberi penjelasan dalam sidang MKEK terkait metodenya itu. IDI menganggap sikap tersebut bukan hanya pembangkangan, namun menggenapi tuduhan pelanggaran etika profesi terhadap Terawan.

Dalam hal ini, IDI menilai Terawan telah melakukan beberapa pelanggaran. Antara lain, mengiklankan metode cuci otak dan tekniknya belum diuji sesuai dengan standar kedokteran.

Nila Moeloek, menkes di periode pertama pemerintahan Jokowi, turut memberi komentar terkait rekomendasi IDI itu. Dia menilai, praktik cuci otak harus melalui uji klinis terlebih dahulu, kendati diakuinya hal tersebut merupakan bagian dari inovasi.

“Memang inovasi banyak, tetapi harus terbukti dalam metodologi penelitian. Apalagi menyangkut kepentingan manusia,” kata Nila, menyikapi rekomendasi pemecatan IDI pada 2018.

Namun, Terawan tidak ambil pusing atas rekomendasi tersebut. Dia tetap menjalankan tugas sebagai Kepala RSPAD, hingga diangkat menjadi menteri kesehatan di periode kedua Jokowi.

Kontroversial

Konflik IDI dengan Terawan menjadi kontroversial karena banyak tokoh publik yang telah mendapatkan jasa cuci otak dan merasa membaik. Misalnya, Aburizal Bakrie alias Ical, Prabowo Subianto, Mahfud MD, Dahlan Iskan, hingga mendiang Ani Yudhoyono.

Para tokoh tersebut merasa terbantu setelah menjalani terapi cuci otak karya Terawan. Bahkan, mereka bersedia menjadi relawan Vaksin Nusantara yang dikembangkan Terawan, walaupun vaksin tersebut sulit untuk diproduksi karena terbentur ketentuan BPOM.

Rekomendasi IDI terhadap Terawan turut menjadi sorotan anggota parlemen. Anggota Komisi IX, Ribka Tjiptaning, malah balik mengritisi IDI yang terkesan melindungi dokter-dokter yang terlibat malpraktik, namun membenamkan dokter berprestasi.

“Melakukan DSA enggak pernah ada korban, baik dari pejabat maupun sampai dengan tingkat rakyat biasa. Dilakukan dengan baik-baik,” kata dia.

“Lebih baik IDI memperjuangkan nasib dokter-dokter yang belum jelas, juga mencerdaskan adik-adik kita,” lanjut Ribka.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button