Pemerintah Lebanon Wacanakan Puing-puing Perang Beirut untuk Reklamasi Pantai


Pejabat Lebanon sedang mempertimbangkan untuk membuang puing-puing perang akibat serangan Israel di pinggiran selatan Beirut, yang dikenal sebagai Dahiyeh, untuk mereklamasi lahan pesisir guna pengembangan real estat.

Pembicaraan sedang dilakukan mengenai upaya rekonstruksi menyusul gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel yang mulai berlaku minggu lalu dan menyusul pemboman hebat Israel selama berbulan-bulan di Lebanon, termasuk Beirut. Serangan-serangan ini mengakibatkan blok-blok apartemen dan rumah-rumah diratakan dengan tanah, serta ribuan orang tewas dan terluka.

Menurut surat kabar terkemuka Al-Akhbar, dalam pertemuan di Istana Serail Senin (2/12/2024) yang membahas mengenai kerusakan akibat perang, pejabat pemerintah Lebanon termasuk Perdana Menteri Najib Mikati, menyarankan pembuangan puing-puing di sepanjang pantai untuk ‘reklamasi lahan’.

Usulan tersebut akan memanfaatkan puing-puing dari gedung-gedung tinggi yang dihancurkan oleh serangan udara Israel, beberapa di antaranya dilaporkan berisi senjata pembakar, untuk digunakan menimbun area laut bagi kemungkinan proyek real estat baru.

Menurut laporan tersebut, puing-puing tersebut dapat dibuang di sepanjang pantai wilayah Costa Brava di selatan Beirut atau antara San Simon dan pelabuhan Ouzai. Proses ini akan dikontrakkan pada sidang kabinet berikutnya, meskipun lokasi pasti untuk pembuangannya belum diputuskan, harian itu menambahkan.

Selama perang, muncul beberapa laporan penduduk tentang bau seperti belerang setelah serangan di daerah pinggiran Dahiyeh yang padat penduduk, sementara kantor berita negara Lebanon NNA menuduh Israel menggunakan bom fosfor yang dilarang secara internasional. Hal ini dapat menimbulkan risiko lingkungan yang serius bagi penduduk.

Ali Kamoun, kepala Dewan Keuangan dan Ekonomi untuk Studi Strategis di Lebanon, mengecam rencana tersebut dalam komentarnya di saluran TV Al Jadeed. “Puing-puing itu dapat didaur ulang dan digunakan untuk membangun kembali bangunan yang rusak, daripada membuangnya ke laut,!” katanya, seraya menggambarkan upaya pemerintah itu sebagai “sia-sia” dan “tidak berwawasan luas”.

“Sudah saatnya pemerintah mengambil pendekatan yang lebih terorganisasi dan menerapkan rencana langkah demi langkah untuk rekonstruksi jangka panjang,” katanya, mengkritik ketergantungan pada solusi sementara.

Setelah Perang Lebanon 2006, puing-puing dari pinggiran selatan Beirut yang dibombardir secara besar-besaran disimpan sementara di sepanjang pantai selatan Beirut, dekat Bandara Internasional Beirut-Rafic Hariri. Daerah itu kemudian dikenal sebagai lokasi Costa Brava. 

Meskipun dimaksudkan sebagai solusi sementara, daerah itu berkembang menjadi tempat pembuangan sampah permanen, sehingga menimbulkan masalah lingkungan, khususnya mengenai polusi laut dan dampaknya terhadap ekosistem lokal.

Pertemuan pada hari itu juga membahas mekanisme kompensasi bagi masyarakat yang propertinya rusak atau hancur. Jumlah bangunan yang hancur akibat serangan Israel adalah sekitar 400 – perkiraan lebih rendah dari angka 600 yang sebelumnya dirilis oleh Dewan Nasional untuk Penelitian Ilmiah, didasarkan pada rekaman udara.

Pertemuan tersebut juga dihadiri anggota parlemen Hizbullah Hassan Fadlallah dan anggota parlemen Gerakan Amal Ali Hassan Khalil serta perwakilan dari Dewan Selatan, Komisi Bantuan Tinggi, Dewan Nasional untuk Penelitian Ilmiah, serta Dewan Pembangunan dan Rekonstruksi.

Mereka memperkirakan skala kehancurannya antara satu setengah hingga dua kali lebih besar dari serangan Israel tahun 2006 terhadap Lebanon. Mereka menemukan bahwa sekitar sepertiga bangunan yang rusak parah akibat serangan Israel memerlukan pembongkaran sementara sejumlah besar jembatan serta pusat air, listrik, dan komunikasi juga hancur.

Satuan tugas akan melakukan survei kerusakan di daerah-daerah yang terkena dampak di seluruh negeri, dengan diskusi tentang prioritas rekonstruksi dan mekanisme dukungan keuangan. Pertemuan itu juga memperkirakan biaya rekonstruksi di pinggiran kota Dahiyeh di selatan Beirut saja dapat mencapai US$4 miliar.