News

Pencabutan PPKM Dalang Kemacetan Jakarta, Heru Diminta Kembali Terapkan WFH

Kemacetan Ibu Kota Jakarta semakin parah beberapa waktu terakhir, kondisi ini menjadikan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono sebagai sasaran tembak, dianggap tidak becus dalam memimpin. Benarkah demikian?

Pandangan berbeda disampaikan pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna. Menurutnya, masyarakat kaget karena sudah terbiasa jalanan lengang pada masa pandemi.

Mungkin anda suka

Namun, tutur dia, masyarakat lupa kondisi jalan lengang yang terjadi lebih dari dua tahun belakangan ini disebabkan adanya penerapan status PPKM. Yang mana status tersebut mengharuskan ada pembatasan aktivitas, sehingga diberlakukan sistem kerja dari rumah alias Work From Home (WFH).

“Saat pandemi ada himbauan work from home (WFH), work from anywhere (WFA). Ini kan kita kembali ke zaman normal seperti yang dulu,” jelasnya saat dihubungi inilah.com di Jakarta, Minggu (9/4/2023).

Sudah tentu, sambung dia, begitu PPKM dicabut, aktivitas kembali normal dan jalanan macet seperti sedia kala. Maka, Yayat menyarankan agar sistem WFH ini diberlakukan kembali secara bergantian oleh Heru, agar kemacetan di Jakarta bisa teratasi untuk jangka pendek. “Dibagi lah, minta lah DKI diatur, pegawai DKI atau kantor Kementerian, dinas, kerjanya (dipindahkan) dimana, WFH,” jelasnya.

Bila nantinya saran ini diberlakukan, Yayat menyoroti dua wilayah Ibu Kota yang harus menerapkan sistem WFH ini secara berkala. Kedua daerah itu adalah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Pasalnya, wilayah tersebut memang yang terpadat aktivitasnya. “Kemana sih kemacetan ini mengarah? Paling banyak ke Jakarta Selatan sama Jakarta Pusat, karena disitu perkantoran dan perdagangan dan jasa di tata ruangnya,” jelas dia

“Misalnya hari Senin, 50 persen pegawai boleh bekerja dari rumah ya kan. Hari Selasa 60 persen, batasnya 80 persen lah. Kalau memang lalu lintasnya tinggi, dibuat saja 50 persen,” tandasnya.

Kritikan soal kemacetan dilontarkan relawan Anies Baswedan, Reiza Patters. Ia mengatakan peringkat DKI Jakarta sebagai kota termacet di dunia meningkat usai ditinggal Anies Baswedan. Menurutnya, peringkat Jakarta sebagai kota termacet di dunia sempat turun ke urutan 46 pada tahun 2021, saat Anies Baswedan masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Namun, indeks kemacetan DKI Jakarta pada tahun 2022 kembali naik ke peringkat 29 berdasarkan lembaga pemeringkat lalu lintas kota dunia, TomTom International BV. Menanggapi hal tersebut, Reiza menyebut Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono tidak bisa berbuat banyak dan peduli dengan kondisi Jakarta. “Heru planga plongo aja, dan nggak peduli sama kondisi DKI,” ujar Reiza, dikutip dari akun Twitter pribadi pada Minggu (9/4/2023).

Reiza bahkan menyindir Heru yang dianggap hanya mondar-mandir menghadiri acara seremonial penghargaan dan sebagainya tapi tidak benar-benar tahu apa yang harus diperbuat. Selain itu, program-program yang dibuat oleh Heru juga terkesan asal-asalan dalam pembuatannya dengan prinsip yang penting beda dari Anies.

Oleh karena itu, tak heran jika hasil kerja Heru dianggap tidak maksimal, salah satunya naiknya peringkat Jakarta sebagai kota termacet di dunia. “Mondar mandir seremonial, tapi nggak tahu harus ngapain. Asal mangap untuk asal beda dengan Anies. Ujungnya begini!” ujar Reiza.

Ditinggal Anies, Jakarta Kini Naik ke Posisi 29 Kota Termacet di Dunia – https://t.co/9vI2SFWPgd

Heru planga plongo aja, dan gak peduli sama kondisi DKI.. Mondar mandir seremonial, tapi gak tau harus ngapain.. Asal mangap utk asal beda dgn Anies.. Ujungnya begini! 🤕🤕🤕

— Katak Pembina 走れ包 (@Reiza_Patters) April 6, 2023

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button