Pengamat Pertanyakan Akuntabilitas AirHelp Sebut 3 Bandara RI Terburuk di Dunia

Pengamat penerbangan, Alvin Lie mempertanyakan akuntabilitas hasil kajian AirHelp Inc yang menyebut 3 bandara di Indonesia adalah yang terburuk di dunia.

“Sebuah kajian, penelitian atau penilaian, parameternya harus jelas. Siapa yang mengukur, harus jelas. Dan, dibekali alat ukur apa, apa yang diukur, harus jelas juga. Serta, kapan diukurnya? Ini yang saya kira, belum jelas semuanya,” kata Alvin saat dihubungi Inilahcom, Jakarta, Rabu (21/12/2023).

Selain itu, kata mantan Ombudsman RI ini, masing-masing bandara tidak bisa disamakan. Misalnya, Bandara Internasional Syamsuddin Noor di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), tidak sama dengan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali.

Bandara Syamsudin Noor, jumlah penumpang dalam setahun tidaklah sebanyak Bandara Ngurah Rai. Demikian pula, Bandara Halim tidak selevel dengan Ngurah Rai. “Jadi harus jelas klasifikasinya,” kata Alvin.

Untuk menilai sebuah bandara, menurut Alvin, harus menyasar dua sisi penting. Yakni, sisi udara dan darat. Sisi udara berkaitan langsung dengan pesawat terbang. Misalnya, lahan parkir pesawat atau apron, serta layanan yang tersedia.

“Layanan-layanan di apron, mulai soal loading dan unloading bagasi, layanan bahan bakar, parkir pesawat, kondisi runway. Perlu diteliti atau dinilai,” papar mantan Anggota DPR itu.

Sedangkan sisi darat, menurut Alvin, menyangkut gedung terminal dan pergudangan. Menilai sebuah terminal di bandara, banyak hal yang berbeda. “Misalnya fasilitas toilet, kebersihan, pencahayaan, arus pergerakan manusia. Itu semua harus dinilai,” kata Alvin.

Alvin pun menjelaskan, banyak hal terkait layanan di bandara yang tidak bisa disentuh pihak pengelola. Misalnya, layanan masing-masing airlines, tidak bisa dijamah pengelola bandara.

“Termasuk pesawat mau ontime atau delay, itu di luar kendali pengelola. . Nah, hal-hal ini harus jelas. Saya kira, AirHelp tidak bisa serta merta menilai bandara terbaik dan terburuk, tanpa mengungkap aspek apa saja yang diteliti atau dinilai,” kata Alvin.

Pihak pengelola bandara, lanjutnya, biasanya menjadikan lembaga internasional ACI (Airport Consultancy International) sebagai rujukan. “Setahu saya, organisasi internasional yang resmi, yakni ACI menjadi acuan bagi pengelola bandara di seluruh dunia. Termasuk dalam hal pengelolan lingkungan,” kata Alvin.

Sebelumnya, AirHelp Inc mengeluarkan hasil kajian yang menempatkan 3 bandara di Indonesia adalah yang terjeblok di dunia. Paling buruk adalah Bandara Internasional Syamsudin Noor, Banjarmasin (BDJ). Disusul, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali (DPS) dan Bandara Halim Perdanakusuma (HLP). 

Sumber: Inilah.com