Pengembangan Energi Terbarukan Diprediksi Lebih Cerah bila Indonesia Gabung BRICS

Sabtu, 26 Oktober 2024 – 20:01 WIB

Menlu RI Sugiono (tengah atas) saat hadiri BRICS Plus Summtt di Kazan, Rusia. (Foto: Instagram/@sugiono_56)

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com

+ Gabung

Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah mendukung Indonesia bergabung ke BRICS (Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan). Menurutnya, ada banyak keuntungan yang bisa diraih, salah satunya dalam pengembangan teknologi energi terbarukan.

Dia mengatakan, dengan merapatnya Indonesia ke BRICS membuka jalan bagi pemerintah untuk meminta Rusia dan China, untuk mempercepat berbagai butir perjanjian bilateral yang selama ini belum optimal.

“Misalnya seperti kerja sama kedirgantaraan dan ruang angkasa, termasuk pembangunan fasilitas nuklir untuk tujuan energi, serta energi terbarukan,” kata Rezasyah saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (26/10/2024).

Rezasyah berpendapat keanggotaan dalam BRICS memungkinkan Indonesia mendapatkan dukungan moral dari para anggota BRICS apabila Indonesia ingin mempersatukan para anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) dan Liga Arab guna mempercepat kemerdekaan Palestina.

Advertisement

Meski terdapat banyak manfaat yang bisa diterima Indonesia, menurutnya ada beberapa tantangan yang harus diwaspadai apabila menyandang status sebagai anggota BRICS, yaitu adanya potensi kalangan Barat pimpinan Amerika Serikat, mempertanyakan kemandirian RI dalam menjalankan kebijakan luar negeri bebas aktif.

“Berpeluang muncul kritik kubu Barat  akan memberikan kesan kecenderungan ekonomi Indonesia sosialistis. Kalangan Barat berpotensi membatasi hak istimewa yang Indonesia nikmati selama ini, seperti alih teknologi dan investasi,” ujar dia.

Sebelumnya, Indonesia secara resmi menyampaikan keinginan untuk bergabung menjadi anggota blok BRICS. Hal tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Sugiono dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus di Kazan, Rusia.

Melalui pengumuman pada Kamis (24/10/2024), proses Indonesia untuk bergabung menjadi anggota BRICS yang dipimpin oleh Rusia telah dimulai.

“Bergabungnya Indonesia ke BRICS merupakan pengejawantahan politik luar negeri bebas aktif. Bukan berarti kita ikut kubu tertentu, melainkan kita berpartisipasi aktif di semua forum,” kata Sugiono, dikutip Jumat (25/10/2024).

Sugiono juga mengajukan beberapa langkah konkret untuk memperkuat kerja sama BRICS dan Global South. Setidaknya ada tiga poin yang disampaikan. Pertama, menegakkan hak atas pembangunan berkelanjutan, di mana negara-negara berkembang membutuhkan ruang kebijakan, sementara negara maju harus memenuhi komitmen mereka.

Kedua, mendukung reformasi sistem multilateral agar lebih inklusif, representatif, dan sesuai dengan realitas saat ini. Institusi internasional harus diperkuat dan memiliki sumber daya yang memadai untuk memenuhi mandatnya.

Terakhir adalah menjadi kekuatan untuk persatuan dan solidaritas di antara negaranegara Global South. BRICS dirasa dapat berfungsi sebagai perekat untuk mempererat kerja sama di antara negara-negara berkembang. 

Topik

BERITA TERKAIT